Anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina EP membukukan laba sebesar US$ 169 juta sepanjang kuartal I 2020. Raihan ini naik tipis 1,19% secara year on year (yoy), di mana pada tahun sebelumnya laba Pertamina EP capai US$ 167 juta.
Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf bilang meskipun terjadi kenaikan tipis pada laba, pendapatan perusahaan sepanjang tiga bulan pertama 2020 ini justru merosot.
Pendapatan Pertamina EP merosot 7,64% yoy atau menjadi US$ 640 juta. Pada kuartal I 2019 Pertamina EP sukses mencetak pendapatan US$ 693 juta.
Nanang menilai, penurunan pendapatan diakibatkan turunnya rerata harga minyak dan gas bumi pada triwulan pertama tahun ini. Sebab, pada periode yang sama di tahun lalu, rerata harga minyak masih berada pada kisaran US$ 60 per barel.
“Rata-rata harga minyak pada kuartal I tahun ini sebesar US$50,66 per barel dan gas sebesar US$6,01 per MMBTU,” kata Nanang dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Rabu (29/4).
Di sisi lain, produksi minyak dan gas Pertamina EP sepanjang Januari-Maret 2020 sebesar 247.000 barel setara minyak per hari (BOEPD). Produksi minyak tercatat 81.351 barel oil per day (BOPD) dan produksi gas sebesar 957 million standard cubic feet per day (MMscfd).
“Kontributor utama produksi minyak PEP berasal dari PEP Asset 5 yang mencapai 18.700 BOPD atau 23% dari total produksi. Sedangkan PEP Asset 2 dengan produksi sebesar 17.300 BOPD atau 21% dari total produksi minyak PEP,” tambah Nanang.
Sementara itu, sumbangsih produksi gas terbesar bersumber dari PEP Asset 2 dengan produksi 371,6 MMscfd atau 39% dari total produksi. Sedangkan PEP Asset 3 dengan produksi sebesar 268,7 MMscfd atau 28% dari total produksi gas PEP.
Di tengah kondisi harga minyak yang tak kunjung membaik, Nanang memastikan pihaknya telah melakukan pemetaan seputar lini pekerjaan prioritas.
“Kami juga melakukan pembicaraan ulang untuk kontrak jangka panjang dan kontrak yang belum dimulai agar memperoleh nilai penghematan,” ujar Nanang.
Adapun, dalam proses renegosiasi pihaknya tetap berupaya untuk menggunakan angka harga terbaru sebagai acuan demi mendapatkan kesepakatan terbaik.
Bahkan ia menambahkan, program kerja yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasi dan produksi migas juga akan ditunda. Selain itu, PEP juga mengupayakan secara maksimal penggunaan mata uang rupiah dalam bertransaksi.
“Kami juga menyiapkan rencana-rencana skenario mengenai business continuity dalam mencapai target rencana kerja 2020,” lanjut dia.
Rencana evaluasi bahkan turut menyasar rencana pengeboran oleh Pertamina EP.
Kendati demikian, Nanang memastikan hingga saat ini pihaknya masih berupaya menjalankan pengeboran sesuai jadwal yang ada sembari terus memantau kondisi terkini.
Hingga kuartal I 2020, realisasi pengeboran tercatat masih 100%. Untuk pengeboran sumur pengembangan yang dilakukan sendiri sebanyak 23 sumur dan saat ini juga terdapat 9 sumur yang sedang dikerjakan. Untuk pengeboran sumur pengembangan yang dilakukan mitra terdapat 4 sumur yang telah selesai dan 1 sumur yang sedang dikerjakan.
“Sedangkan pengeboran sumur eksplorasi telah selesai 2 sumur dan ada 1 sumur yang saat ini juga sedang dikerjakan,” katanya.
Nanang menambahkan Pertamina EP telah melakukan berbagai upaya dalam penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19, mulai dari pemberlakuan work from home, penerapan prosedur spesifik (self distancing, dan sebagainya) untuk kegiatan operasi di lapangan.
Selain itu, perusahaan juga melakukan penangguhan crew change dan penerapan self quarantine, pengisian form kewaspadaan Covid-19 serta absen online harian dan sosialisasi melalui broadcast dan memo secara berkala. Selain itu Perusahaan juga membentuk satuan tugas Covid-19.
Sumber Kontan, edit koranbumn