Emiten berpelat merah PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN membukukan pendapatan sebesar US$873,8 juta pada kuartal pertama 2020, turun tipis 0,28 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Laporan keuangan (tidak diaudit) perseroan menunjukkan pendapatan PGN didominasi hasil penjualan gas sebesar US$693,4 juta. Kemudian disusul penjualan minyak dan gas sebesar US$76 juta, transmisi gas dan minyak sebesar US$70,4 juta, dan pendapatan usaha lainnya sebesar US$33,8 juta.
Dalam periode yang sama, emiten berkode saham PGAS itu mencatatkan laba operasi sebesar US$172,2 juta, naik 5,96 persen daripada capaian kuartal I/2019 sebesar US$162,51 juta.
Kendati demikian, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menyusut 26,62 persen menjadi hanya sebesar US$47,77 juta dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$65,09 juta.
Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan bahwa penurunan laba bersih sangat dipengaruhi faktor melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada akhir Maret 2020. Untuk diketahui, rupiah sepanjang kuartal pertama tahun ini telah terkoreksi hingga 17,13 persen terhadap dolar AS.
Hal itu pun mengakibatkan PGAS mengalami kenaikan kerugian selisih kurs hingga 172,34 persen menjadi sebesar US$63,21 juta dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar US$23,2 juta
Di sisi lain, Rachmat menjelaskan sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional di tengah sentimen pandemi Covid-19, PGAS akan terus membangun dan memperluas infrastruktur gas bumi. Tingginya kebutuhan energi di dalam negeri merupakan peluang bagi PGAS untuk mengoptimalkan penggunaan gas bumi.
Pada tiga bulan pertama tahun ini, PGAS pun berhasil mempertahankan kinerja positif penyaluran gas bumi sebesar 882 BBTUD dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 880 BBTUD.
“Pada kuartal I/2020, jumlah pelanggan tumbuh seiring dengan pertumbuhan industri, kelistrikan dan pembangunan jargas. PGN saat ini sebagai sub holding gas mengelola lebih dari 390 ribu pelanggan,” ujar Rachmat seperti dikutip dari keterangan resminya, Minggu (3/5/2020).
Selain itu, PGAS juga tengah menyelesaikan proyek pembangunan terminal LNG Teluk Lamong yang hingga kuartal I/2020 telah rampung sekitar 90 persen dan siap diuji coba. Nantinya, kata Rachmat, gas akan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan gas di wilayah Jawa Timur, baik yang disalurkan melalui gas pipa maupun dalam bentuk retail LNG.
PGAS juga telah menggunakan belanja modal atau capital expenditure sebesar US$36 juta sepanjang kuartal pertama tahun ini, dengan rincian sebesar 67 persen digunakan di segmen bisnis upstream dan 33 persen digunakan di segmen bisnis downstream, midstream dan supporting.
Adapun, perseroan telah memangkas alokasi capex yang ditetapkan pada awal tahun menjadi sebesar US$350-US$500 juta dibandingkan dengan alokasi sebelumnya sebesar US$500-US$700 juta.
PGAS memperkirakan bahwa COGS konsolidasian perseroan akan menurun pada tahun ini sebagai hasil dari penerapan Keputusan Menteri ESDM Nomor 89K/10/MEMR/2020 tanggal 13 April 2020.
Dalam keputusan itu harga pengadaan gas perseroan dari produsen hulu untuk memasok gas ke tujuh sektor industri terpilih akan turun ke antara US$4- US$4,5 per MMBTU.
Sumber Bisnis, edit koranbumn