Mayoritas volume penjualan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalami penurunan sepanjang 2020. Berdasarkan laporan resminya, sejumlah komoditas seperti emas, perak, hingga feronikel mengalami penurunan secara volume.
Feronikel misalnya, ANTM menjual 26.163 ton nikel dalam feronikel (TNi) sepanjang 2020, yang menurun tipis 0,18% dari tahun sebelumnya yang sebesar 26.212 TNi.
Namun, ANTM mencatatkan volume (unaudited) feronikel sebesar 25.970 TNi yang merupakan capaian produksi tertinggi sepanjang sejarah Perseroan. Realisasi ini naik 0,9% dari capaian produksi feronikel tahun sebelumnya sebesar 25.713 TNi.
Adapun sepanjang 2020, volume produksi bijih nikel (unaudited) yang digunakan sebagai bahan baku feronikel ANTM dan pelanggan domestik tercatat sebesar 4,76 juta wmt, menurun 45,2% dari tahun sebelumnya yakni 8,69 juta wmt.
Di sisi lain, penjualan bijih nikel sepanjang 2020 sebesar 3.29 juta wmt atau turun 56,39% dari realisasi tahun 2019 yang mencapai 7.55 juta wmt.
SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan, ANTM tidak lagi menjual bijih nikel ke pasar ekspor sepanjang 2020. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk menangguhkan izin penjualan ekspor bijih nikel pada awal tahun 2020.
Kunto mengatakan, penjualan bijih nikel ANTM pada tahun 2020 sepenuhnya diserap oleh pelanggan di pasar domestik.
“Oleh karena itu, tingkat produksi bijih nikel ANTM menyesuaikan tingkat kebutuhan penjualan serta tingkat penyerapan bijih nikel untuk keperluan pabrik feronikel milik ANTM,” terang Kunto kepada Kontan.co.id, Selasa (2/2).
Sementara total volume produksi (unaudited) emas dari Tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 1.672 kilogram (Kg) atau setara 53.756 troy oz, menurun 14,7% dari tahun 2019 yang mencapai 1.962 Kg atau 63.080 troy oz.
Kunto menyebut, emiten tambang pelat merah ini memfokuskan market domestik dalam penjualan bisnis emas pada tahun 2020, selaras dengan tingginya minat masyarakat Indonesia dalam berinvestasi emas. Hal ini memicu penyesuaian produksi emas ANTM dengan menyesuaikan kebutuhan pasar domestik.
Pada tahun ini, ANTM terus berupaya mempertahankan capaian kinerja produksi dan penjualan semua komoditas inti.
Kunto menyebut, ANTM juga akan terus berfokus pada ekspansi pengolahan mineral bersifat hilir, perluasan basis cadangan dan sumber daya, hingga menjalin kemitraan untuk mengembangkan produksi mineral olahan baru dari cadangan yang ada.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah memproyeksikan, produksi dan volume penjualan ANTM akan mulai tumbuh tahun ini, meskipun memang belum signifikan.
Hal ini mengingat dari sisi produksi sendiri, yang saat ini sedang terjadi fenomena La Nina atau cuaca ekstrem lainnya, yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini disinyalir dapat mengganggu proses produksi.
“Namun secara jangka panjang, produksi dan volume penjualan akan meningkat walaupun tidak terlalu signifikan,” terang Maryoki, Senin (1/2).
Sementara itu, Senior Equity Analyst Sucor Sekuritas Hasan Barakwan mengatakan, permintaan bijih nikel dari dalam negeri diperkirakan meningkat dalam waktu dekat.
Melihat pada tahun ini dan tahun depan, Sucor Sekuritas meyakini permintaan bijih nikel akan meningkat secara signifikan di tengah pertumbuhan yang signifikan dari perkembangan industri nickel pig iron (NPI) Indonesia.
Indonesia diperkirakan akan menambah sekitar 120 juta ton kapasitas produksi NPI pada tahun 2021- 2022. Produksi nikel olahan yang sangat besar di Indonesia ini membawa kabar positif bagi penambang nikel seperti ANTM, karena mereka tidak dapat lagi menjual biji nikel ke pasar ekspor.
Dengan adanya katalis positif ini, Sucor Sekuritas menaikkan prakiraan volume penjualan bijih nikel ANTM untuk 2021 dan 2022, masing-masing naik sebesar 25% dan 20%, yakni 5 juta ton dan 6 juta ton.
Sumber Kontan, edit koranbumn