Digitalisasi merupakan salah satu isu terpenting yang perlu diperhatikan karena merupakan isu sentral bagi industri keuangan, tidak terkecuali keuangan syariah. Untuk itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) terus berinovasi dan melakukan transformasi dari sisi digital dan kultur agar terus relevan dalam mengiringi berbagai tantangan baru di era digital.
Komisaris Utama BSI Muliaman D. Hadad mengatakan bahwa dalam hal digitalisasi, tantangan yang dihadapi oleh institusi keuangan syariah relatif lebih berat dibandingkan sektor keuangan konvensional.
Digitalisasi atau transformasi digital memerlukan banyak hal. Pertama, digitalisasi tidaklah murah dan dalam pengembangannya memerlukan anggaran yang cukup banyak. Hal ini tentu bukan hal mudah yang dapat dilakukan oleh semua organisasi, terutama oleh lembaga-lembaga keuangan dengan size serta kapitalisasi terbatas. Oleh karena itu, Muliaman berpendapat, kunci bagi pelaku industri keuangan syariah untuk menjawab tantangan di era digital adalah dengan konsolidasi.
“Lembaga keuangan kecil artinya modal yang kecil dan sangat terbatas, infrastruktur yang tidak memadai, tidak adanya budaya yang mendukung, dan terbatasnya staf atau orang untuk mendukung proses. Itu sebabnya kita perlu melakukan konsolidasi, kita memerlukan sesuatu yang lebih besar guna mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada untuk berkembang bersama menuju digitalisasi yang lebih modern,” papar Muliaman.
Muliaman kemudian menjabarkan empat faktor sukses dalam menghadapi tantangan dunia digital. Keempat faktor tersebut yakni mengembangkan strategi digital, membangun infrastruktur yang memadai, menciptakan pengalaman yang menyenangkan, serta meningkatkan langkah-langkah keamanan siber.
Muliaman menjelaskan bahwa merumuskan strategi digital merupakan langkah penting pertama yang perlu dilakukan oleh institusi keuangan untuk melakukan digitalisasi. Muliaman juga menekankan meskipun pembuatan strategi merupakan proses yang penting, cara mengeksekusi strategi tersebut menjadi lebih penting.
Dia juga menekankan bahwa seluruh entitas yang tergabung dalam ekosistem keuangan syariah perlu melakukan digitalisasi secara bersamaan.
“Memasuki dunia baru bukanlah hal yang hanya dilakukan oleh regulator, namun juga bagi para pelaku ekosistem keuangan lainnya, termasuk institusi, termasuk kelembagaan, dan kelompok mitra. Strategi digital diperlukan baik untuk regulator, pelaku bisnis, atau lembaga keuangan, dalam konteks saya bank syariah pada khususnya,” jelasnya.
Muliaman melanjutkan, dalam melakukan digitalisasi juga diperlukan dukungan oleh infrastruktur yang memadai. Salah satu implementasi yang sangat penting dan mendasar yang perlu dilakukan oleh bank syariah yakni meningkatkan platform online dan mobile banking.
Menurutnya, untuk memberikan layanan terbaik kepada nasabah dibutuhkan personalisasi pengalaman pelanggan yang sangat terkait dengan teknologi. Merujuk pada poin kedua, kunci sukses ketiga adalah dengan menciptakan pengalaman yang lebih positif. Dan terakhir, meningkatkan keamanan siber untuk dapat mengatasi permasalahan-permasalahan seputar serangan siber.
“BSI akan terus mengemban amanah dan mencoba memenuhi ekspektasi dari para pemangku kepentingan dan pemegang saham untuk terus berinovasi dan menjadi bank yang mengoptimalkan teknologi dan menarik bagi generasi muda, serta berdaya saing dalam memenuhi kebutuhan seluruh sektor. Tentunya dengan tetap dilandasi prinsip syariah, sehingga menjadi bank yang rahmatan lil alamiin,” tuturnya.
Muliaman juga berharap regulator dapat merespon isu ini dengan merumuskan regulasi yang seimbang sekaligus mendukung iklim pengembangan inovasi.
“Tujuan regulasi pada dasarnya adalah untuk memberikan keseimbangan antara perlindungan dan pengawasan, tetapi di satu sisi mendorong dan mendukung inovasi,” katanya.