Kondisi pasar yang masih fluktuatif memaksa sejumlah perbankan untuk menunda rencana aksi korporasi di penghujung tahun 2020. Di sisi lain, laju kredit yang masih melambat akibat pandemi Covid-19 juga menjadi pertimbangan bank untuk menunda pencarian dana tambahan di pasar.
Namun, ada juga beberapa bank yang masih membuka opsi pendanaan di tahun ini. Salah satunya yaitu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang masih berniat mencari pendanaan di pasar modal lewat penerbitan sekuritisasi aset senilai Rp 1 triliun tahun ini.
Kondisi pasar yang masih fluktuatif memaksa sejumlah perbankan untuk menunda rencana aksi korporasi di penghujung tahun 2020. Di sisi lain, laju kredit yang masih melambat akibat pandemi Covid-19 juga menjadi pertimbangan bank untuk menunda pencarian dana tambahan di pasar.
Namun, ada juga beberapa bank yang masih membuka opsi pendanaan di tahun ini. Salah satunya yaitu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang masih berniat mencari pendanaan di pasar modal lewat penerbitan sekuritisasi aset senilai Rp 1 triliun tahun ini.
Gambaran saja, di tahun ini Bank BTN memang sudah beberapa kali melangsungkan aksi korporasi. Salah satunya penerbitan obligasi berkelanjutan IV Tahap I tahun 2020 di bulan Agustus 2020 senilai Rp 1,5 triliun.
Jauh sebelum itu, di bulan Januari 2020 BTN juga menerbitkan global bond senilai US$ 300 juta yang dipakai untuk memperkuat modal. Kala itu global bond Bank BTN meraih kelebihan permintaan dari para investor asing hingga US$ 3,6 miliar atau 12,3 kali.
Berbeda dengan Bank BTN, bank pelat merah lain yaitu PT Bank Mandiri Tbk justru mengaku tidak punya rencana penerbitan surat utang ataupun aksi korporasi sampai dengan akhir 2020.
“Saat ini kondisi likuiditas masih memadai, sehingga belum ada rencana penerbitan obligasi dalam waktu dekat,” kata Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan kepada Kontan.co.id, Selasa (13/10).
Akan tetapi, Bank Mandiri sejatinya memang memiliki jatah penerbitan obligasi valas alias global bonds di tahun ini sebesar US$ 750 juta. Rully mengatakan pihaknya saat ini masih mengamati perkembangan likuiditas valas dan kondisi pasar untuk menentukan waktu yang tepat untuk kembali menerbitkan global bonds.
Asal tahu saja, pada Mei 2020 lalu Bank Mandiri memang telah menerbitkan instrumen global bonds senilai US$ 500 juta. Dalam Dalam proses penawarannya, obligasi Bank Mandiri ini mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hampir 5 kali. Dari size yang ditawarkan Bank Mandiri sebesar US$ 500 juta, namun total permintaan investor mencapai US$ 2,4 miliar.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Haru Koesmahargyo justru mengatakan bahwa rencana penerbitan obligasi di tahun ini bakalan ditunda. Penyebabnya, kondisi likuiditas BRI dinilai masih sangat cukup untuk mendanai ekspansi kredit hingga akhir 2020.
“Memang masih ada jatah obligasi tahun ini, namun kita tunda,” kata Haru.
Asal tahu saja, pada awal tahun 2020 Bank BRI memang sempat menggaungkan rencana untuk menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap III senilai Rp 5 triliun, melanjutkan peneritan obligasi berkelanjutan III tahap I di tahun sebelumnya dengan nilai yang sama.
Sumber Kontan, edit koranbumn