PT Hutama Karya (Persero) pemilik dan pengelola proyek Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) tidak hanya membangun infrastruktur jalan bebas hambatan di daerah, tapi juga memerhatikan pengembangan bidang sosial kemasyarakatan warga setempat, termasuk pendidikan.
Salah satu program sosial yang sudah berjalan yaitu pada proyek jalan tol Pekanbaru-Padang, ruas Pekanbaru-Bangkinang. Tahun lalu, HK mulai membangun program pembinaan masyarakat mandiri, Pesantren Mandiri Pangan di Pesantren Anshorullah, Kabupaten Kampar, Riau, dimana pondok pesantren ini hanya berjarak sekitar 4 kilometer dari ruas tol Pekanbaru-Bangkinang.
Pimpinan Ponpes Anshorullah, Ustadz Muhammad Nur mengatakan pesantren ini didirikan dengan tujuan menyelenggarakan pendidikan agama bagi masyarakat setempat dengan biaya terjangkau.
“Kami saat ini punya total santri sekitar 500 orang untuk semua tingkatan, mulai dari PAUD, Raudhatul Athfal setingkat TK, PDTA, hingga MTs dan MA. Sejak dibuka pada 2002 kami menjalankan konsep biaya terjangkau dengan biaya SPP hanya Rp50.000 sebulan tiap santri. Tapi khusus bagi anak yatim dhuafa itu kami gratiskan biayanya sehingga meringankan beban wali santri tersebut,” ujarnya Selasa (22/3/2022).
Namun dengan adanya kondisi pandemi sejak dua tahun lalu, dia mengakui sedikit banyaknya ikut memberikan dampak bagi keuangan pesantren, sehingga sebagai pengelola pihaknya mencari cara dan pihak yang siap membantu meringankan beban operasional ponpes.
Kemudian dari usaha pencarian itu, ustadz M. Nur mendapatkan informasi tentang program Pesantren Mandiri Pangan dari Hutama Karya, dan mulai mengajukan pesantren Anshorullah menjadi penerima bantuan.
Setelah berdiskusi dan menanyakan tentang kesiapan pesantren, pihaknya lalu menyediakan lahan yang sesuai persyaratan seperti sirkulasi udara dan air yang mencukupi bagi kebutuhan usaha ternak ayam broiler.
Selanjutnya setelah mencapai kata sepakat antara kedua belah pihak, HK mulai membangun kandang pada Februari 2021 lalu, dan pembangunannya fisik kandang tuntas dalam dua bulan. Lalu dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti listrik dan aliran air bersih.
Tidak hanya itu, pesantren Anshorullah juga dibantu untuk terhubung dengan perusahaan pemasok ayam mulai dari bibitnya sampai kepada memasarkan hasil ayam yang sudah diternak.
Sebelum usaha ternak dimulai, ustadz bersama rekannya diberangkatkan ke Bandung oleh HK selama sekitar sepekan, untuk mengikuti pelatihan langsung ke peternakan ayam broiler modern, sehingga dengan bekal itu diharapkan pihaknya bisa mengelola peternakan sesuai standar yang dijalankan peternak profesional.
“Jadi bisa dibilang kami hanya pengelola saja, sedangkan sisanya mulai dari awal pengiriman bibit kemudian mendistribusikan hasil panen, dilakukan oleh perusahaan mitra tersebut. Kami bersyukur bantuan yang diberikan ini tepat sasaran, karena memang kami di pesantren tidak hanya membekali dengan ilmu agama, tapi juga dengan bekal berwirausaha. Dengan bantuan ini santri kami menjadi kenal dan memahami usaha ternak ayam,” ujarnya.
Sejak tahun lalu sampai kini, ustadz M. Nur menyebutkan pihaknya sudah sampai pada periode ternak kelima, dimana setiap periodenya jumlah bibit ayam yang diternak sesuai dengan kapasitas kandang yaitu sekitar 5.000 ekor ayam.
Hasil yang didapatkan dari setiap periode ternak menurutnya sekitar Rp15 juta, namun untuk bersihnya sekitar Rp10 juta setelah dipotong beban operasional seperti biaya pekerja profesional dua orang, biaya listrik dan biaya pembelian solar untuk genset.
Selama mengelola ternak ayam ini selama lima periode, dia mengakui ada sejumlah kendala yang dihadapi yaitu perubahan cuaca ekstrim dari sangat panas menjadi hujan intensitas tinggi. Kondisi ini bisa menyebabkan bibit ayam tidak bisa bertahan sehingga banyak yang mati atau gagal panen.
Kendala lainnya adalah pasokan listrik ke kandang yang tidak stabil dan terkadang listrik padam untuk jangka waktu cukup lama. Akibatnya harus bergantung ke mesin genset yang tentu saja tidak maksimal dalam pengelolaan kandang. Meski demikian pihaknya tidak menyerah dan terus berusaha untuk bisa menjalankan peternakan dengan lebih baik kedepannya.
“Kami merasakan program bantuan ini sangat membantu keuangan pesantren, karena sebagai unit usaha produktif usaha ternak ayam ini bisa mengurangi biaya operasional khususnya bagi santri anak yatim yang tidak mampu yang biaya pendidikannya kami gratiskan,” ujarnya.
Ustadz M. Nur meyakini dengan upaya HK membangun fasilitas peternakan ayam di ponpes itu akan membantu masyarakat khususnya anak yatim tidak mampu untuk mengakses pendidikan yang lebih baik, tanpa dibebankan biaya tinggi.
EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo mengatakan perseroan berkomitmen untuk menjalankan berbagai program kepedulian dan tanggung jawab perusahaan atas berbagai aktivitas dan kegiatan perusahaan yang dilakukan di JTTS, salah satunya di proyek tol ruas Pekanbaru-Bangkinang.
“Program kepedulian sosial kami ini sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab perusahaan untuk menghubungkan kebaikan antaran perusahaan dan masyarakat yang terdampak di sekitar proyek JTTS,” ujarnya.
Salah satu program yang dijalankan HK di Kampar itu bertujuan untuk peningkatan dan perbaikan potensi wilayah dan SDM yang ada di Riau, dengan menyalurkan bantuan fasilitas kandang dan budidaya ternak ayam broiler, tepatnya di Pondok Pesantren Anshorullah, Kampar.
Ponpes ini beralamat di Desa Pulau Birandang, Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar dengan nilai bantuan mencapai Rp200 juta.
“Kami harap dengan program bantuan ini akan tercipta Pesantren Mandiri Pangan, serta membuka peluang usaha dan lapangan pekerjaan yang baru melalui budidaya dan ternak ayam broiler bagi santri, pengurus dan warga sekitar ponpes, serta meningkatkan keterampilan santri dalam dunia bisnis, selain mempelajari ilmu agama.”
Sumber Bisnis, edit koranbumn