PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF terus menyalurkan pembiayaan terkait Penugasan khusus SMF lewat program pembiayaan homestay di destinasi wisata. Ini merupakan sinergi SMF dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sebagai kontribusi pada bidang pariwisata.
Wilayah penyaluran pembiayaan homestay desa wisata SMF terfokus pada kawasan lima Bali baru. Salah satunya Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sisa pembiayaan yang belum terserap akan terus coba disalurkan ke desa-desa potensial lainnya yang ada di Banyuwangi, Sumatera hingga Kalimantan.
Fasilitas pembiayaan homestay ini memiliki bunga flat 3% per tahun dengan plafon maksimal Rp 150 juta per rumah. Tenor satu hingga 10 tahun, disesuaikan dengan kemampuan warga.
Dengan pembiayaan ini, warga desa wisata bisa merenovasi dan membangun penginapan bagi para turis, yang pada akhirnya menjadi sumber pendapatan bagi warga setempat.
Salah satu desa yang jadi pembiayaan SMF adalah Desa Kuta. Lemin, pemilik Sasak Lombok Bungalow di Desa Kuta menceritakan, mulai mendapat pinjaman dari SMF sejak dua tahun lalu. Uang pinjaman digunakan untuk renovasi kamar dan menambah kamar baru. Pasangan suami istri ini sudah menjalankan bisnis penginapan sejak enam tahun silam.
Saat ini sudah ada delapan kamar yang disediakan di bungalow ini. Harga sewa rata-rata Rp 200.000 per malam. “Sebelum pandemi, ramai turis yang mau surfing menginap di sini. Sekarang kosong,” keluh Lemin
Karena kondisi wisata yang tengah lesu karena terdampak pandemi, SMF memberikan relaksasi kredit bagi warga desa wisata sejak awal tahun 2021. “Januari tahun depan pembayaran cicilan semoga bisa dimulai lagi,” ujar Trisnadi.
Sumber Kontan, edit koranbumn















