Pemilik Kopi Merek Jempol Super, Pak Yazid, kini menjadi Mitra Binaan PTPN VII. Pak Yazid, pelaku usaha kecil yang mendapat pinjaman dana lunak dari PTPN VII. “Ya, alhamdulillah. Sebenarnya saya sudah usaha kopi bubuk ini sejak 1995, tetapi bolak-balik berhenti. Terakhir saya buka penggilingan padi, tetapi sejak 2017 saya balik lagi ke kopi,” kata Yazid.
Persoalan permodalan diakui menjadi salah satu faktor sehingga beberapa jenis bisnisnya kandas. Ia mengaku sudah beberapa kali mendapatkan dana kredit dari bank dengan agunan dan persyaratan ketat. Namun, lagi-lagi modal yang hendak diputar justru macet.
Pengalaman menyeruput kopi enak juga mewarnai pengetahuan Yazid tentang pengolahan kopi. Ia mengatakan, untuk menghasilkan kopi yang sedap, kopi berasan (biji kopi kering pecah kulit) harus sudah tersimpan minimal enam bulan setelah melalui proses oven. Lebih spesifik lagi, kata dia, jika kopi yang diolah disortir dari buah kopi yang sempurna dan petik merah.
Usaha Yazid yang dikerjakan bersama anak-anaknya ini terus bergulir. Kini dia sudah memiliki langganan dan memasok kebutuhan kopi di satu perusahaan gula putih besar terpadi di Tulangbawang, Lampung. Beberapa minimarket dan toko-toko juga sudah memberi ruang di etalase dagangannya, bersanding dengan produk terkenal lain.
Tentang program pinjaman lunak untuk mitra usaha kecil, Kepala Bagian UKB PTPN VII Yessy Plofesi mengatakan, perusahaannya terus mengalokasikan anggaran untuk membantu mitra binaan. Mata anggaran dimaksud adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL
Sumber PTPN VII, edit koranbumn