PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memandang tahun 2021 dengan optimisme tinggi. Emiten yang juga dikenal dengan nama PTKS ini membidik pendapatan sebesar Rp 28 triliun di tahun 2021 atau meningkat signifikan 43% dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya.
Optimisme tersebut bukan tanpa alasan, Silmy Karim Direktur Utama Krakatau Steel menyebut, di kuartal I-2021 KRAS menorehkan kinerja yang cukup memuaskan. Transformasi bisnis yang terus dilakukan perseroan diakuinya berpengaruh terhadap performa keuangan KRAS yang juga terus mencatatkan perbaikan.
“Kinerja perseroan untuk kuartal I-2021 terjadi banyak perbaikan-perbaikan dibanding dengan periode yang sama tahun 2020, untuk pendapatan sendiri meningkat signifikan sejalan dengan peningkatan volume penjualan,” sebut Silmy kepada Kontan.co.id, Selasa (1/6).
Adapun, di sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, Krakatau Steel berhasil membukukan penjualan sebesar Rp 6,9 triliun. Angka itu naik signifikan 56% dari semula Rp 4,4 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Demi memuluskan realisasi target bisnisnya di tahun ini, Krakatau Steel dengan gencar melakukan sejumlah langkah strategis, baik melalui induk perusahaan maupun entitas anak usahanya.
Dikatakan Silmy, pihaknya akan terus memperkuat core business steel, dengan melakukan berbagai inisiatif bisnis bersama para partner strategis. Sebab, KRAS sendiri memiliki mimpi untuk menjadikan industri baja nasional sebagai tuan rumah di negara sendiri.
“Saat ini perseroan terus mendekati beberapa pemakai baja terbesar seperti Pertamina, PLN, Telkom, group karya untuk dapat meningkatkan pemakaian baja nasional dan peningkatan TKDN pada proyek-proyek infrastruktur,” kata dia.
Di sisi lain, KRAS juga akan semakin memperkuat lini bisnis entitas anak usaha sebagai profit generator perseroan. Hal ini salah satunya diwujudkan dengan membentuk Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel, yang terdiri dari empat anak usaha KRAS yakni, PT Krakatau Daya Listrik (KDL), PT Krakatau Tirta Industri (KTI), PT Krakatau Bandar Usaha (KBU), dan PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC).
Melansir pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel juga disiapkan untuk fokus kepada pembangunan jangka panjang berkelanjutan, dengan mengembangkan beberapa proyek strategis, antara lain Floating Sollar Cell (Pembangkit Listrik Tenaga Surya/PLTS Terapung) dan proyek Sea Water Reverse Osmosis yang dapat menghasilkan kapasitas air bersih sebesar 1.000 liter per detik.
Sedikit informasi, di tahun 2020 KRAS membukukan penjualan neto sebesar US$ 1,35 miliar. Torehan tersebut menyusut 4,70% secara tahunan atau yoy dari realisasi tahun sebelumnya senilai US$ 1,42 miliar.
Meskipun mengalami penyusutan dari sisi penjualan, KRAS mampu mencatatkan laba yang dapat diatsibusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih senilai US$ 23,67 juta di sepanjang tahun 2020. Padahal di tahun 2019 KRAS masih menanggung kerugian sebesar US$ 503,65 juta.
Sumber KOntan, edit koranbumn