PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. menyatakan akan meluncurkan setidaknya 10 jenis produk baja hilir pada semester II/2020. Peluncuran produk hilir tersebut merupakan salah satu bentuk implementasi strategi perseroan pada paruh kedua 2020, yakni sharing economy.
Direktur Utama KS Silmy Karim mengatakan pihaknya akan memproduksi produk hilir tersebut dengan skema kerja sama. Artinya, KS akan bekerja sama dengan pabrikan antara maupun hilir baja untuk mengolah produk KS alih-alih mendirikan pabrikan hilir anyar.
“KS bisa saja membangun fasilitas [produksi baja hilir] sendiri. [Tapi,] pertama hal itu akan ada kanibalisme, sementara utilitas industri baja hilir belum optimal,” katanya dalam webinar “Sinergi Industri Nasional Dalam Membangun Industri Baja”, Jumat (24/7/2020).
Silmy berujar ada tiga strategi yang akan diterapkan KS selama Juni-Desember 2020. Pertama, hilirisasi produk sampai produk paling hilir. Silmy menyatakan salah satu produk yang akan dikeluarkan adalah baja lapis hasil kerja sama dengan PT Sunrise Steel.
Berdasarkan data Indonesia Zinc Aluminium Steel Industry (IZASI), Sunrise Steel memiliki kapasitas terpasang terbesar atau sebanyak 400.000 tin per tahun. Adapun, Sunrise Steel berkontribusi hingga 25,39 persen dari total volume produksi industri baja lapis nasional.
Kedua, meningkatkan nilai tambah produk perseroan saat ini, yakni aja canai panas (HRC) dan baja canai dingin (CRC).
Seperti diketahui, HRC pada umumnya digunakan dalam memproduksi komponen konstruksi, sedangkan CRC umumnya digunakan untuk memproduksi peralatan yang digunakan konsumen seperti bada mobil, rangka pendingin ruangan, hingga sendok.
Ketiga, meningkatkan utilitas pabrikan baja hilir dengan kerja sama dalam memroduksi produk hilir KS. “Ada minimum 10-15 produk yang akan kami luncurkan. [Produk yang diluncurkan thaun ini] adlah produk-produk hilirnya KS.”
Silmy menilai strategi ini tidak akan mengikis pangsa pasar industri hilir baja. Pasalnya, saat ini pangsa pasar industri baja secara keseluruhan masih didominasi oleh produk impor.
Silmy menyampaikan peningkatan produk hilir baja di dalam negeri merupakan salah satu hal yang dapat membuat pangsa pasar baja impor terkikis. Silmy menegaskan industriwan baja saat ini tidak boleh hanya mengandalkan regulator dalam menjaga industri baja nasional.
“Pelaku industri harus melakukan efisiensi, sinergi, dan optimalisasi. Ini upaya-upaya agar kemudian konsep bisnis ke depan, yaitu sharing economy, bisa dilaksanakan di industri baja,” ucapnya.
Adapun, saat ini utilitas industri hilir baja hanya berjalan sekitar 60 persen dari kapasitas pra-pandemi Covid-19.
Sebelumnya, KS telah bekerja sama dengan PT Kepuh Kencana Arum untuk memproduksi beberapa produk hilir baja. Adapun, KS telah mengirimkan 10.000 batang rangka atap kanal C dan reng asimetris.
Dalam kerja sama tersebut, KS memasok bahan baku berupa baja canai dingin (cold rolled coil/CRC), sedangkan Kencana Arum memproduksi bahan baku tersebut menjadi baja ringan berupa Kanal C dimensi tinggi 75 mm, reng tinggi 3 mm, dan roll sheet dengan berbagai ketebalan.
Silmy berujar KS akan mengisi pabrik-pabrik baja berutilitas rendah agar naik dan dapat bersaing dengan produk impor. Adapun, peningkatan utilisasi pabrik baja hilir dinilai akan menjadi hal yang positif untuk industri baja dalam negeri dalam rangka mengurangi impor produk baja yang 3 tahun terakhir.
Sumber Bisnis, edit koranbumn