Hingga akhir Juni 2024, Krakatau Steel Group telah mengirimkan plat baja dengan spesifikasi baja tahan cuaca sebanyak 3.000 ton yang selanjutnya diproses lanjut pada workshop NuArt milik Nyoman Nuarta di Bandung menjadi 4.650 bilah garuda dengan bentangan sayap sepanjang 177 meter dengan tinggi 77 meter.
“Ini mendukung keinginan kita semua untuk mempunyai Istana Negara yang dirancang, dibangun dan menggunakan bahan-bahan produk Indonesia Sendiri,” jelas Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo.
Lebih lanjut Purwono Widodo menjabarkan Pada tahap awal, pembangunan IKN membutuhkan sekitar 500.000 hingga 700.000 ton baja. Kebutuhan baja ini akan meningkat sehingga secara akumulasi pembangunan Ibu Kota Nusantara diperkirakan akan membutuhkan hingga 9,5 juta ton.
Krakatau Steel dalam Laporan Keuangan sampai dengan Triwulan II 2024 mencatatkan pendapatan sebesar USD444,67 juta atau setara dengan Rp7,3 triliun. Perseroan berhasil memperoleh laba bruto sebesar USD48,23 juta atau setara Rp790,72 miliar, dengan capaian gross profit sebesar 10,8%. Dari sisi biaya usaha terjadi penurunan sebesar 14% menjadi sebesar USD56,36 juta atau setara Rp924,02 miliar.
Namun demikian, dengan masih tingginya beban keuangan yang harus ditanggung Perseroan yaitu sebesar USD61,93 juta atau setara Rp1,02 triliun, Perseroan sampai dengan Triwulan II 2024 ini masih membukukan rugi periode berjalan sebesar USD60,00 juta atau setara dengan Rp983,64 miliar.
“Kinerja sampai dengan Triwulan II Tahun 2024 masih belum lebih baik dibandingkan periode sebelumnya, seiring dengan belum optimalnya kinerja dari segmen baja akibat dari kondisi pasar baja global yang masih sangat volatile yang salah satunya dipicu oleh pelemahan permintaan baja di Tiongkok sehingga mendorong Tiongkok gencar melakukan ekspor baja ke pasar global. Selain itu belum beroperasinya fasilitas pabrik Hot Strip Mill 1 (HSM#1) akibat force majeure sejak Mei 2023 juga menyulitkan peningkatan kinerja perseroan,” lanjut Purwono Widodo.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Perseroan telah menerapkan serangkaian strategi dan mengambil langkah-langkah preventif yang dibutuhkan untuk memastikan proses recovery pabrik HSM#1 berjalan sesuai target dan diharapkan produksi pertama produk HRC pasca perbaikan akan lahir pada Triwulan IV tahun 2024. Sehingga keberlangsungan usaha Perseroan dalam jangka panjang tetap terjaga.
Salah satu strategi terkait hal tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan optimalisasi penyerapan produk Krakatau Steel Group di pasar domestik maupun proyek strategis nasional, seperti misalnya beberapa waktu lalu Krakatau Steel Group melalui PT Krakatau Pipe Industries melakukan pengiriman pipa gas untuk kebutuhan proyek Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS).
“Krakatau Steel Group sudah mengirimkan lebih dari 6.000 ton pipa baja untuk diaplikasikan pada pipa tiang pancang, struktural, dan konduktor dalam proyek tersebut,” tambah Purwono.
Menutup pernyataannya Purwono menyampaikan bahwa Krakatau Steel dan group terus mengupayakan peningkatan kinerja bersama dengan bersinergi dan berkolaborasi pada berbagai proyek strategis nasional bersama perusahaan BUMN lainnya agar dapat merealisasikan pemenuhan kebutuhan baja nasional.
Sumber Bisnis, edit koranbumn
Hingga akhir Juni 2024, Krakatau Steel Group telah mengirimkan plat baja dengan spesifikasi baja tahan cuaca sebanyak 3.000 ton yang selanjutnya diproses lanjut pada workshop NuArt milik Nyoman Nuarta di Bandung menjadi 4.650 bilah garuda dengan bentangan sayap sepanjang 177 meter dengan tinggi 77 meter.
“Ini mendukung keinginan kita semua untuk mempunyai Istana Negara yang dirancang, dibangun dan menggunakan bahan-bahan produk Indonesia Sendiri,” jelas Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo.
Lebih lanjut Purwono Widodo menjabarkan Pada tahap awal, pembangunan IKN membutuhkan sekitar 500.000 hingga 700.000 ton baja. Kebutuhan baja ini akan meningkat sehingga secara akumulasi pembangunan Ibu Kota Nusantara diperkirakan akan membutuhkan hingga 9,5 juta ton.
Krakatau Steel dalam Laporan Keuangan sampai dengan Triwulan II 2024 mencatatkan pendapatan sebesar USD444,67 juta atau setara dengan Rp7,3 triliun. Perseroan berhasil memperoleh laba bruto sebesar USD48,23 juta atau setara Rp790,72 miliar, dengan capaian gross profit sebesar 10,8%. Dari sisi biaya usaha terjadi penurunan sebesar 14% menjadi sebesar USD56,36 juta atau setara Rp924,02 miliar.
Namun demikian, dengan masih tingginya beban keuangan yang harus ditanggung Perseroan yaitu sebesar USD61,93 juta atau setara Rp1,02 triliun, Perseroan sampai dengan Triwulan II 2024 ini masih membukukan rugi periode berjalan sebesar USD60,00 juta atau setara dengan Rp983,64 miliar.
“Kinerja sampai dengan Triwulan II Tahun 2024 masih belum lebih baik dibandingkan periode sebelumnya, seiring dengan belum optimalnya kinerja dari segmen baja akibat dari kondisi pasar baja global yang masih sangat volatile yang salah satunya dipicu oleh pelemahan permintaan baja di Tiongkok sehingga mendorong Tiongkok gencar melakukan ekspor baja ke pasar global. Selain itu belum beroperasinya fasilitas pabrik Hot Strip Mill 1 (HSM#1) akibat force majeure sejak Mei 2023 juga menyulitkan peningkatan kinerja perseroan,” lanjut Purwono Widodo.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Perseroan telah menerapkan serangkaian strategi dan mengambil langkah-langkah preventif yang dibutuhkan untuk memastikan proses recovery pabrik HSM#1 berjalan sesuai target dan diharapkan produksi pertama produk HRC pasca perbaikan akan lahir pada Triwulan IV tahun 2024. Sehingga keberlangsungan usaha Perseroan dalam jangka panjang tetap terjaga.
Salah satu strategi terkait hal tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan optimalisasi penyerapan produk Krakatau Steel Group di pasar domestik maupun proyek strategis nasional, seperti misalnya beberapa waktu lalu Krakatau Steel Group melalui PT Krakatau Pipe Industries melakukan pengiriman pipa gas untuk kebutuhan proyek Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS).
“Krakatau Steel Group sudah mengirimkan lebih dari 6.000 ton pipa baja untuk diaplikasikan pada pipa tiang pancang, struktural, dan konduktor dalam proyek tersebut,” tambah Purwono.
Menutup pernyataannya Purwono menyampaikan bahwa Krakatau Steel dan group terus mengupayakan peningkatan kinerja bersama dengan bersinergi dan berkolaborasi pada berbagai proyek strategis nasional bersama perusahaan BUMN lainnya agar dapat merealisasikan pemenuhan kebutuhan baja nasional.
Sumber Bisnis, edit koranbumn