PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) resmi mengoperasikan pabrik galvanizing, annealing and processing line (GAPL) di Cilegon, Banten, Selasa (7/8). Pabrik tersebut beroperasi di bawah kendali PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS), perusahaan patungan antara PT Krakatau Steel Tbk dengan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation Jepang.
Pabrik GAPL memiliki kapasitas produksi terpasang 480.000 metrik ton per tahun. Pabrik itu menghasilkan baja olahan berupa cold-rolled annealed steel, hot-dip galvanized steel dan galvanenealed steel. Ada pula produksi lembaran baja untuk panel luar otomotif dan komponen otomotif tahan karat.
Sejatinya, pabrik GAPL sudah menjajal produksi sejak Juli 2017. Saat ini pabrik dengan nilai investasi US$ 300 juta itu sudah beroperasi dengan tingkat utilitas produksi 200.000 metrik ton per tahun.
Sejauh ini, KNSS hanya akan menjajakan produk di dalam negeri. “Targetnya ke pasar otomotif, kan saat ini sudah mulai tumbuh lagi sehingga kami bisa sharedengan industri-industri sejenis yang sudah ada,” ujar Djoko Muljono, Direktur Krakatau Nippon Steel Sumikin di Cilegon, Selasa (7/8).
KNSS tidak menyebutkan target pendapatan yang mereka bidik. Manajemen perusahaan itu hanya mengatakan, sudah ada empat merek mobil yang menjadi pelanggan. Target mereka selanjutnya adalah merangkul seluruh produsen mobil Jepang yang beroperasi di dalam negeri.
Kecenderungan KNSS yang lebih banyak berharap pada produsen mobil Jepang, tampaknya bukan tanpa alasan. Maklumlah, salah satu pemilik sahamnya yakni Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation berasal dari Jepang.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk, Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, mengharapkan kehadiran KNSS mampu menekan impor produk kebutuhan industri otomotif dalam negeri. “Kehadiran pabrik ini juga bisa memberikan profit bagi industri otomotif,” kata dia, dalam kesempatan yang sama.
Ihwal potensi pasar ekspor, KNSS belum berminat untuk menguliknya. Lagipula, induk usaha mereka sudah memiliki pabrik dengan produksi sejenis di sejumlah negara kawasan regional.
Bahan baku impor
Meskipun target KNSS adalah memenuhi kebutuhan baja otomotif dalam negeri, perusahaan itu masih bergantung pada produk impor dalam memenuhi bahan baku produksi. Mayoritas bahan baku mereka berasal dari Jepang. Sementara sumber bahan baku lokal berasal dari Krakatau Steel. “Lokal dari KS (Krakatau Steel) kami ambil, ya kalau tidak bisa ambil dari luar, 80% masih dari Jepang,” beber Djoko.
Mengintip laporan keuangan Krakatau Steel per 30 Juni 2018, KNSS berdiri sejak 27 Desember 2012 silam. Semula, komposisi saham perusahaan itu terdiri dari 49% Krakatau Steel dan 51% Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation. Dua tahun kemudian atau 2014, porsi saham Krakatau Steel menyusut menjadi hanya 20%. Alhasil Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation mendekap porsi mayoritas hingga 80% saham.
Pada 3 November 2016, Krakatau Steel mendapatkan pinjaman dari Eximbank dalam bentuk letter of guarantee yang akan digunakan KNSS dan PT Krakatau Osaka Steel sesuai perjanjian masing-masing dengan sindikasi Bank Jepang. Pengembalian kredit Krakatau Steel sesuai dengan porsi kepemilikan saham.
Nilai limit penjaminan Eximbank khusus untuk KNSS sebesar US$ 46 juta dengan tenor tujuh tahun. Fasilitas kredit itu dijamin dengan aset lahan dan bangunan milik Krakatau Steel.
Sumber Kontan.co.id