PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatat pertumbuhan kinerja keuangan yang positif pada kuartal I/2022, termasuk dalam pembayaran menggunakan layanan QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard).
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menyampaikan sebanyak 2,1 juta mitra merchant BRI telah menerima pembayaran menggunakan QRIS hingga akhir kuartal I/2022.
“Dari jumlah merchant tersebut, tercatat frekuensi transaksi tumbuh 9 kali lipat dan sales volume 15 kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun lalu,” kata Aestika
Adapun, strategi yang disiapkan emiten bersandi saham BBRI untuk meningkatkan transaksi QRIS, yakni dengan meningkatkan kerja sama dengan merchant.
Sebagaimana diketahui, BRI mencatatkan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp12,22 triliun atau tumbuh 78,13 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara untuk aset, pada akhir Maret 2022 tercatat aset BRI Group tumbuh sebesar 8,99 persen yoy menjadi Rp1.650,28 triliun.
Direktur Utama BRI, Sunarso mengungkapkan pencapaian laba BRI tak lepas dari pulihnya perekonomian nasional serta menggeliatnya aktivitas pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan core business BRI.
“Kondisi UMKM yang mulai pulih saat ini mendorong penyaluran kredit BRI tumbuh 7,43 persen yoy menjadi sebesar Rp1.075,93 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit perbankan nasional di kuartal I/2022 sebesar 6,65 persen,” tutur Sunarso dalam Paparan Kinerja Keuangan Triwulan I/2022, Senin (25/4/2022).
Di samping itu, BRI juga menyediakan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi risiko ke depan dengan NPL Coverage sebesar 276,0 persen. Angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage pada akhir Maret 2021 sebesar 231,17 persen.
“Alasan BRI menyiapkan pencadangan yang sangat memadai tersebut dilakukan untuk mengantisipasi risiko ketidakpastian kondisi perekonomian ke depan, karena adanya perang Rusia dan Ukraina, inflasi, serta potensi kenaikan suku bunga yang akan terus dilanjutkan oleh The Fed,” jelasnya.
Selain itu, BRI juga mampu mencatatkan rasio efisiensi yang terus membaik, di mana BOPO atau Biaya Operasional Pendapatan Operasional BRI sebesar 69,34 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan BOPO periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 78,41 persen.
“Menurunnya BOPO tidak lepas dari semangat dan spirit efisiensi yang dilakukan oleh BRI, antara lain keberhasilan transformasi digital, membaiknya rasio kredit bermasalah, serta semakin meningkatnya porsi CASA ataupun dana murah yang tumbuh secara sustain,” tambahnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn