Transformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi fokus utama yang diminta Menteri BUMN Erick Thohir kepada seluruh perusahaan pelat merah. Transformasi dari sisi bisnis, human capital, dan teknologi menjadi kunci utama BUMN bertahan dan bertumbuh dalam menghadapi tiga tekanan yang tengah terjadi yakni tekanan pasar global, sektor kesehatan, dan disrupsi digital.
“IMF menyebut pada 2045 kita diprediksi akan menjadi negara dengan ekonomi nomor empat terbesar dunia. Ini harus dijaga dan dijalankan dengan baik,” ujar Erick dalam kuliah umum bertajuk “Milenial dan Digital Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional” di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu (30/3/2022).
Dalam sektor kesehatan, ucap Erick, Indonesia mampu menjawab keraguan banyak pihak dalam penanganan pandemi Covid-19.
Tekanan lain datang dari ketidakpastian pasar global dengan naiknya harga sejumlah komoditas, mulai dari dari kedelai, minyak, batubara, hingga bahan baku pupuk. Erick melanjutkan Indonesia pun mengalami tekanan disrupsi digital, dengan kehadiran e-commerce, healthtec, edutech, hingga insurance.
“Konsep ke depan kita harus punya peta jalan kita sendiri itu harga mati. Jangan karena kita negara nonblok akhirnya ketika ada gonjang-ganjing politik negara lain kita ikut-ikutan peta jalan mereka,” ucap Erick.
Erick menilai tekanan yang terjadi tak lepas akibat ketergantungan Indonesia terhadap negara lain. Erick tak ingin hal ini terus menerus terjadi.
Bagi Erick, Indonesia harus mempunyai peta jalan sendiri dan tak terus ikut dalam peta jalan negara lain, baik Cina atau Amerika Serikat (AS). Erick ingin sumber daya alam (SDA) dan market besar Indonesia menjadi sumber pertumbuhan ekonomi bangsa sendiri, bukan negara lain.
“Saya tidak antiasing, tapi sudah sekian lama kita dieksploitasi. SDA kita sejak zaman Belanda jadi rebutan. SDA harus dipastikan menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi kita sebagai sumber pembukaan lapangan kerja dan peningkatan dunia usaha kita, bukan dipakai untuk pertumbuhan ekonomi bangsa lain. Pun dengan market kita yang besar,” kata mantan Presiden Internazionale Milan tersebut.
Karena itu, lanjut Erick, pemerintah kini begitu serius dalam menggenjot program hilirisasi dalam meningkatkan nilai tambah dari SDA. Ironi lain, ucap Erick, datang dari sektor industri halal.
Erick menyebut Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia hanya dijadikan market bagi negara lain. Konsumsi terhadap industri halal dunia menempatkan Indonesia di posisi keempat teratas.
“Kalau bicara produktivitas, kita tidak masuk top lima (produsen industri halal), yang masuk AS, Brasil, artinya kita hanya konsumen, menjadi market yang dimanfaatkan bangsa lain. Kita harus introspeksi tanpa menyalahi siapa-siapa. Karena itu, kita harus punya peta jalan sendiri,” ungkap dia.
Erick menyampaikan digitalisasi menjadi fondasi utama bagi Indonesia jika ingin membangun kemandirian ekonomi dan meningkatkan nilai kompetitif dengan bangsa lain. Sebagai langkah awal, Erick menugaskan Telkom Group sebagai garda terdepan dalam akselerasi digitalisasi.
Erick menyadari BUMN tak mungkin dapat melakukan ini secara sendiri. Oleh karena itu, ucap Erick, BUMN membuka diri berkolaborasi dengan banyak pihak, termasuk dunia kampus dalam membekali generasi muda agar memiliki pola pikir dan kemampuan digital di masa mendatang.
Erick mengatakan BUMN memiliki program magang hingga kerja sama riset dengan universitas.
“Kita juga membuka lapangan kerja, mudah-mudahan April nanti ada 2.700 orang yang mau kita rekrut supaya populasi anak muda di BUMN untuk kepemimpinan yang berkelanjutan bisa terjadi,” lanjutnya.
Erick menilai pentingnya dunia pendidikan dalam mengubah wajah bangsa ke depan. Erick menilai sektor pendidikan harus mengedepankan program link and match agar sesuai dengan kebutuhan industri. Bagi Erick, sektor pendidikan harus mengikuti perkembangan zaman yang berubah dengan akan hilangnya sejumlah jenis pekerjaan dan munculnya jenis pekerjaan baru akibat gelombang disrupsi yang terjadi.
“Knowledge based economy menjadi keharusan agar kita tidak selalu bergantung pada SDA dan market yang besar,” kata Erick.
Sumber Republika, edit koranbumn