Pada libur Natal 2020 dan tahun baru 2021, volume lalu lintas jalan tol Jabodetabek diproyeksi akan meningkat dibandingkan kondisi normal maupun saat libur Natal dan tahun baru (Nataru) tahun lalu.
Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada periode mudik fase I, diperkirakan volume kendaraan yang melintas di jalan tol mencapai 845.288 atau naik 15,14% dari kondisi normal dan tumbuh 0,8% dari Nataru 2019/2020.
Sementara, pada mudik fase II, volumenya mencapai 813.477 kendaraan atau naik 1,5% dari kondisi normal dan 24,40% dari Nataru tahun sebelumnya.
Sementara, pada periode balik, pada balik fase I diproyeksi volume lalu lintas mencapai 823.122 meningkat 17,9% dari kondisi normal dan naik 10,5% dari Nataru sebelumnya. Sementara volume lalu lintas pada periode balik fase II diproyeksi menjadi 826.613 naik 18,7% dari kondisi normal dan 17% dari Nataru sebelumnya.
“Jadi rata-rata peningkatan mudiknya baik libur Natal maupun libur tahun baru berkisar antara 15%-18% kenaikannya,” ujar Direktur Perhubungan Darat Budi Setiyadi dalam konferensi pers, Jumat (4/12).
Sebelumnya, Kemenhub telah memproyeksi bahwa puncak arus mudik dan puncak balik pada liburan akhir tahun ini akan terjadi 2 kali. Puncak mudik untuk fase pertama akan terjadi 23 Desember-24 Desember. Sementara puncak mudik fase kedua terjadi pada 30 Desember-31 Desember 2020.
Sementara puncak balik fase I akan terjadi pada 27 Desember dan puncak balik fase II akan terjadi pada 3 Januari 2021.
Lalu penumpang angkutan penyeberangan pun diproyeksi akan meningkat. Berdasarkan data Kemenhub, jumlah penumpang angkutan penyeberangan akan meningkat menjadi 3,68 juta meningkat 6% dari tahun lalu, sementara jumlah roda dua meningkat menjadi 235.071 kendaraan tumbuh 2% dari tahun lalu dan roda empat meningkat menjadi 424.134 kendaraan atau tumbuh 4% dari tahun lalu.
Berbeda dengan lalu lintas tol dan angkutan penyeberangan, jumlah penumpang angkutan jalan justru diprediksi mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, jumlah penumpang datang maupun penumpang berangkat angkutan jalan tahun ini masing-masing diproyeksi turun 48% dari tahun lalu.
Penumpang datang angkutan jalan di tahun ini diprediksi hanya mencapai 2,1 juta penumpang dari tahun lalu yang mencapai 4,15 juta, lalu penumpang berangkat tahun ini diproyeksi mencapai 2,54 juta penumpang dari tahun lalu sebesar 4,88 juta.
Lebih lanjut Budi mengatakan, meski tidak banyak orang yang melakukan perjalanan, Budi mengatakan pihaknya dan operator angkutan bus sudah sepakat untuk menyiapkan sarana dan prasarana.
Dia mengatakan untuk mengantisipasi lonjakan yang cukup besar, sudah disiapkan sekitar 50.317 unit bus dan 218 unit kapal penyebrangan.
“Bus dan kapal ini sudah kita lakukan rampcheck, baik yang dilakukan di terminal atau dermaga. Kemudian sesuai arahan pak menteri, adalah rampchek yang dilakukan di tempat-tempat pariwisata,” ujar Budi.
Sebelumnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemenhub telah melakukan survei atas persepsi masyarakat untuk melakukan perjalanan pada natal 2020 dan tahun baru 2021. Dari hasil tersebut, ditunjukkan bahwa 73% masyarakat memilih untuk tidak mudik dan sekitar 27% yang memilih untuk melakukan perjalanan.
Sumber Kontan, edit koranbumn