Tari Saman dari Aceh, Ditarikan tanpa musik, diiringi lagu berbahasa Gayo, berformasi unik, dan dengan gerakan yang sangat kompak. Salah satu tarian yang sudah melanglang buana dan dikenal di mancanegara.
Di edisi History Wednesday, ITDC tengok sejenak sejarah Tari Saman
Tari Saman adalah sebuah tarian asal Suku Gayo, Aceh, yang dikembangkan pada abad ke-14 oleh seorang ulama besar bernama Syekh Saman. Awalnya, tarian ini merupakan sebuah permainan tradisional bernama ‘Pok Pok Ane’, yang seiring berjalannya waktu berakulturasi dengan kebudayaan Islam yang masuk ke daerah Gayo. Tarian ini kemudian berfungsi untuk melakukan dakwah dan ditampilkan pada acara perayaan Maulid Nabi Muhammad di surau-surau atau masjid di daerah Gayo. Saat ini, Tari Saman ditampilkan pada berbagai acara mulai dari pernikahan, pesta ulang tahun, sampai acara kenegaraan dan internasional.
Tari Saman umumnya ditampilkan tanpa iringan alat musik, dengan hanya menggunakan nyanyian dari para penari dan tepuk tangan mereka yang dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha sembari menghempaskan badan ke berbagai arah. Para penari dituntut untuk berkonsentrasi tinggi agar dapat menghadirkan formasi yang tepat ketika menari.
Pada tahun 2011, Tari Saman masuk dalam “List of Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguard” oleh UNESCO. Di tahun 2017, pagelaran Tari Saman Massal di Stadion Seribu Bukit, Kabupaten Gayo Lues, Aceh, memecahkan rekor MURI sebagai penampilan tari dengan jumlah penari terbanyak di dunia, yaitu 12.262 penari. Rekor ini merupakan rekor kedua, setelah sebelumnya Pemerintah Gayo Lues memecahkan rekor MURI di tahun 2014, dengan tarian yang sama, yang ditampilkan oleh 5.057 penari.
Selamat Hari Tari Internasional, 29 April 2020, Sahabat semua. Semoga penggalan sejarah Tari Saman ini membuat kita makin mengenal dan makin bangga akan kekayaan budaya Indonesia!
Sumber ITDC, edit koranbumn