Bank Mandiri terus mendorong masuknya investasi ke Tanah Air untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, Bank Mandiri kembali menyelenggarakan forum investasi internasional bertajuk Mandiri Investment Forum (MIF) yang dihadiri oleh lebih dari 700 investor, termasuk 90 investor asing serta sekitar 200 nasabah korporasi Bank Mandiri.
Menurut Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman Arif Arianto, pada penyelenggaraan yang kedelapan kalinya ini, MIF akan mengusung tema “Invest Now”, yang mengisyaratkan agar para investor, baik institutional maupun retail, tidak kehilangan momentum dalam memanfaatkan peluang investasi di Indonesia. Untuk itu, mereka akan mendapatkan pemaparan terkait update kebijakan dan regulasi terkini dari Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri BUMN Rini Soemarno, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara, dan Advisory Board Chairman Mandiri Institute M. Chatib Basri serta Chief Strategist Jefferies, Sean Darby.
“MIF 2019 akan memfokuskan pada solusi strategis bagi para pembuat keputusan dan investor swasta dalam menavigasi bisnis, seiring bayang-bayang tren pengetatan moneter global dan belangsungnya tahun politik di Indonesia,” kata Sulaiman saat membuka MIF 2019 di Jakarta, Rabu (30/1).
Sebagai salah satunya industri yang siap mendukung dunia investasi, Sulaiman menjelaskan, sektor perbankan nasional saat ini berada dalam salah satu performa terbaik, dengan rasio pertumbuhan kredit tahunan yang berada di kisaran 12% dan rasio NPL yang stabil di bawah 3% hingga November lalu.
“Meski menghadapi tantangan dari pengaruh revolusi industri 4.0, kami meyakini perbankan akan terus berkontribusi optimal dan menjadi motor pertumbuhan ekonomi karena didukung oleh terjaganya kualitas aset, rasio permodalan yang kuat dan efisiensi biaya operasional akibat inovasi pada digital banking dan instrumen keuangan serta kuatnya konsumsi domestik,” kata Sulaiman.
Dalam kajian terkininya, tim ekonom Mandiri Group memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,22% pada tahun 2019, dibandingkan dengan prognosa pertumbuhan PDB 2018 5,16%. Untuk itu, Indonesia perlu mendorong sektor manufaktur agar berkembang pesat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi agar lebih merata dan stabil serta menyerap tenaga kerja yang lebih besar.
Saat ini, Indonesia diketahui memiliki potensi tenaga kerja terbesar ke empat di dunia. Namun potensi ini belum tergarap optimal mengingat masih terbatasnya SDM dengan kemampuan dan keahlian di bidang teknologi informasi yang sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi perkembangan kebutuhan industri di masa mendatang.
Sedangkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, “Walaupun kondisi perekonomian global masih penuh tantangan, saat ini, perekonomian Indonesia punya ketahanan ekonomi yang tangguh dan tingkat konsumsi yang stabil dimana konsumsi rumah tangga tumbuh kuat di atas 5%. Inflasi juga mampu dijaga pada level di kisaran 3%. Selain itu, kita selalu manfaatkan kebijakan fiskal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi khususnya melalui instrumen insentif perpajakan.”
Sri Mulyani menambahkan, guna mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, Pemerintah menyadari pentingnya meningkatkan kualitas SDM baik dari segi pendidikan maupun kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah menentukan kebijakan fokus pengeluaran negara 2019 yaitu pengembangan SDM, pembangunan infrastruktur, dan jaring pengamanan sosial.
Sementara Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, “Sesuai tema MIF Indonesia: “Invest Now”, saat ini memang saat yang tepat untuk berinvestasi di Indonesia. Ada dua alasan yang mendasari yaitu kondisi makro perekonomian yang stabil dan kebijakan makro ekonomi Pemerintah yang tersinkronisasi sehingga tercipta iklim investasi yang kondusif. Kami percaya, kondisi ekonomi Indonesia yang stabil menjadi fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi di masa datang.”
Selain itu, Perry Warjiyo juga optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan lebih stabil dan cenderung menguat pada tahun ini sehingga akan mampu berpengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi. Optimisme tersebut didasari sejumlah alasan antara lain banyaknya dana asing yang masuk ke Indonesia, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang akan lebih rendah dari tahun lalu, sinergi pemerintah dan bank sentral yang kuat mampu mendorong fundamental rupiah terus membaik serta mekanisme pasar valas yang lebih fleksibel.
Sementara itu, Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir mengatakan, “Kami berharap ajang MIF ini dapat memberikan banyak informasi strategis kepada para investor, baik lokal maupun asing mengenai peluang-peluang investasi yang dapat dilakukan di Indonesia. Mandiri Sekuritas optimis iklim investasi, termasuk pertumbuhan pasar modal, pada tahun ini akan lebih positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia”.
Sebagai rangkaian kegiatan MIF, Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas juga mengajak para investor mengunjungi berbagai lokasi potensial untuk penanaman modal seperti kantor pusat perusahaan fintech, rumah sakit serta pasar tradisional dan modern yang telah memanfaatkan digital dan microeconomy pada Senin-Selasa (28-29 Januari 2019). Selanjutnya, para investor juga melakukan one on one meeting serta group meeting dengan pemangku kepentingan dan pelaku usaha guna mengetahui potensi bisnis yang bisa digarap pada Kamis (31 Januari 2019).
Pada perhelatan tahun ini, MIF kembali bekerjasama dengan Jefferies, perusahaan investment bank global yang berbasis di Amerika Serikat. Sejak tahun 2017, Jefferies telah menjalin aliansi dengan Mandiri Sekuritas yang berperan mendistribusikan laporan riset dan layanan perantara perdagangan efek kepada basis nasabah di luar kawasan Asia. Hal ini membuktikan kredibilitas dan kualitas Tim Research Mandiri Group yang sudah diakui oleh para investor domestik maupun internasional.
Selain mempertemukan investor, dukungan Bank Mandiri dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi diantaranya dengan membiayai pembangunan infrastruktur Indonesia. Hingga akhir tahun lalu, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit ke sektor infrastruktur sebesar Rp182,3 triliun dari total komitmen Rp285,4 triliun untuk pembangunan antara lain, pelabuhan laut, bandar udara, pembangkit listrik serta jalan tol.
Sedangkan Mandiri Sekuritas saat ini tercatat sebagai broker terbaik di pasar modal Indonesia setelah membukukan rekor nilai total transaksi saham sebesar Rp205 triliun sepanjang 2018 dan menempati peringkat pertama di Bloomberg League Table dengan pangsa pasar 5,1% dari total transaksi saham sebesar Rp4.018 triliun
Sumber Bank Mandiri edit koranbumn