PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) fokus mengakselerasi kinerja sejalan dengan pemanfaatan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) senilai Rp1 triliun pada tahun ini dan mempertimbangkan kinerja yang menunjukkan pertumbuhan positif pada masa pandemi ini.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan dana PEN akan dipergunakan untuk mendukung likuiditas dan solvabilitas yang digunakan untuk pembiayaan operasional. Dana tersebut akan berdampak positif kepada kondisi keuangan konsolidasi perseroan dan memperbaiki struktur permodalan.
Emiten berkode GIAA ini telah menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (OWK) yang merupakan bagian dari implementasi dukungan Pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Berdasarkan persetujuan penerbitan OWK yang telah diperoleh dengan nilai sebesar maksimum Rp8,5 triliun dan availability period hingga 2027.
Mengacu pada kesepakatan para stakeholder terkait, implementasi pencairan dana OWK yang telah disepakati saat ini adalah senilai Rp1 triliun dengan tenor selama 3 tahun.
“OWK yang diterbitkan sebagai bagian PEN ini merupakan mandat pemerintah yang harus dipertanggungjawabkan sebaik mungkin, sehingga harus terus memaksimalkan kinerja perseroan secara berkesinambungan,” ujarnya, Senin (4/1/2021).
Dia menuturkan sesuai dengan kesepakatan bersama dengan Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan melalui PT SMI sebagai pelaksana investasi, dana yang diperoleh dari penerbitan OWK ini akan dipergunakan untuk mendukung likuiditas, solvabilitas, serta pembiayaan operasional perseroan.
Tentunya adanya dukungan PEN yang diberikan pemerintah melalui penerbitan OWK ini dapat digunakan hanya sesuai dengan kebutuhan akselerasi pemulihan bisnis Garuda Indonesia secara tepat guna dan proporsional.
“Dana PEN ini juga menjadi momentum tersendiri pada akhir 2020 dalam membangun optimisme outlook pada 2021. Kami optimistis kinerja akan semakin dinamis dalam menjawab tantangan industri penerbangan, sejalan dengan berbagai upaya strategis yang telah dijalankan dalam memperbaiki kinerja seperti renegosiasi biaya sewa pesawat, relaksasi finansial, efisiensi produksi, hingga restrukturisasi jaringan penerbangan,” ujarnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn