Digitalisasi pengembangan UMKM telah dilakukan oleh beberapa perbankan melalui aplikasi digital dengan basis big data. Salah satunya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memantapkan langkah transformasi menjadi perbankan digital, termasuk diantaranya layanan bagi para pelaku UMKM yang disajikan dalam Program Klaster.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan langkah BNI dalam digitalisasi layanan bagi UMKM dilakukan dalam bentuk pengembangan teknologi informasi pendukung diantaranya digital loan processing.
“Layanan tersebut adalah berupa pengembangan aplikasi digital loan untuk memproses kredit secara masif. BNI sangat siap dan optimis menyambut era kemajuan teknologi dengan melakukan tranformasi transaksi perbankan dan penyaluran kredit dari yang berbasis konvensional menjadi berbasis teknologi digital,” ujarnya dalam keterang pers tertulis, Sabtu (11/7).
Dalam rangka menyukseskan digitalisasi pengembangan UMKM, BNI bekerja sama dengan startup untuk penyaluran kredit dan pembentukan ekosistem finansial berbasis digital terutama untuk klaster UMKM pada sektor produksi. Kerja sama yang dilakukan BNI dalam mengembangkan UMKM antara lain dengan PT ARUNA.
“Kerja sama ini berjalan dalam bidang perikanan yaitu digunakan untuk membangun ekosistem finasial konsep Rumah Nelayan Indonesia,” ucapnya.
Adapun pada sektor pertanian, BNI berkolaborasi dengan PT Agri Tekno Karya pemilik Aplikasi HARA. Kerja sama ini memungkinkan dilakukannya digitalisasi ekosistem bisnis petani dan pengembangan konsep Rumah Tani Indonesia.
“Digitalisasi sektor perikanan dan pertanian dilakukan karena BNI melihat kebutuhan akan wadah atau ekosistem berbasis digital yang dapat membantu nelayan atau masyarakat pesisir maupun petani sangat tinggi,” ucapnya.
Menurutnya kelompok masyarakat tersebut merupakan segmen yang minim akses perbankan, sehingga memerlukan pendampingan agar mampu meningkatkan produktifitas dan taraf hidupnya. Konsep Rumah Nelayan dan Rumah Tani Indonesia adalah untuk mengembangkan value chain ecosystem base yang berfungsi sebagai penyedia data digital nelayan/petani dan pusat transaksi untuk memenuhi semua kebutuhan Nelayan/Petani.
“Databased ini sangat diperlukan dalam upaya mengakses permodalan dari bank yang mudah dan murah, penyediaan alat tangkap, pengembangan fungsi offtaker, maupun pemasaran,” ucapnya.
“Databased yang sama juga dibutuhkan untuk menajamkan pembinaan pada klaster nelayan atau petani. Berbagai kemudahan ini akan turut membantu pemerintah dalam pengelolaan data nelayan dan petani dimasa mendatang,” jelasnya.
Ryan menyebut pengembangan digitalisasi yang dilakukan BNI juga mendukung pengembangan UMKM melalui program klaster berbasis tekonologi digital. Hal ini mulai membantu dalam percepatan penyaluran kredit ke nelayan dan petani, terutama dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Terlihat pada portofolio penyaluran KUR BNI dengan skema klaster pada tahun 2019 yang telah mencapai Rp 5,9 triliun yang menyentuh lebih dari 94 ribu pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Menurut Ryan, pelaku UMKM yang berada di wilayah remote dengan keterbasatan infrastruktur teknologi informasi, tidak perlu khawatir. Sebab, problem itu sudah masuk agenda pemerintah, dalam Program Digitalisasi Ekonomomi.
“Namun, semua pihak harus hati-hati karena kita menghadapi turbulensi ekonomi ini terbilang marathon (jangka panjang) hingga obat penawar Covid-19 ditemukan. Sektor UMKM harus menjaga ketahanan modal agar tidak tergerus. Sebab, a crisis like no other, a uncertain recovery,” ucapnya.