Aktivitas ekspor-impor di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Corona alias Covid-19.
“Sebagai pintu gerbang perdagangan, PSBB yang kembali diberlakukan di Jakarta tidak berdampak besar, IPC tetap dan siap memberikan pelayanan terbaik di pelabuhan sekalipun di masa pandemi,” ujar Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) atau IPC, Arif Suhartono kepada kontan.co.id, Jumat (18/9).
Pihaknya melakukan penambahan prosedur penanganan bongkar muat barang sesuai dengan protokol kesehatan, serta memberlakukan sistem shift yang ketat untuk para pekerja yang melayani di lapangan.
“Dapat dipastikan juga bahwa penerapan protokol kesehatan ini merupakan bagian dari upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang dalam pelaksanaannya tidak berdampak pada gangguan operasional di lapangan,” katanya.
Arif menambahkan, pelabuhan seperti Pelabuhan Tanjung Priok memiliki karakteristik yang agak berbeda dengan pelayanan moda transportasi lainnya. Pelayanan yang dominan di Pelabuhan Tanjung Priok adalah barang baik kontainer maupun non kontainer.
Untuk itu, dengan segala upaya antisipasi yang tinggi, IPC akan mengedepankan pelayanan, karena pelabuhan memikul peran yang strategis sebagai fasilitator perdagangan. Kondisi yang sama juga terjadi di berbagai pelabuhan di luar negeri.
Sebagai informasi, Pada Semester I-2020 terdapat penurunan pada arus peti kemas di mana arus peti kemas tercatat sebanyak 3,34 juta TEUs, atau turun 7,62% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 3,62 juta TEUs. Arus non peti kemas terealisasi sebesar 25,34 juta ton, lebih rendah 10,78% dibandingkan tahun lalu sebesar 28,41 juta ton.
Sementara itu, arus kapal mengalami penurunan sebesar 12,19% dibandingkan Juli 2019, yaitu dari 100,80 juta GT menjadi 88,52 juta GT. Akibat imbas PSBB periode pertama, arus penumpang turun sebesar 64,37% dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari 552 ribu menjadi 197 ribu penumpang.
Rute-rute yang turun adalah dari negara produsen seperti Cina. Karena selama pandemi negara tersebut juga menghentikan proses produksi.
Namun demikian, hingga Agustus lalu, IPC masih melayani rute-rute langsung (direct call) ke Australia, Tiongkok, Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, dan beberapa negara-negara di Asia Tenggara seperti Vietnam, Filipina, Thailand, Singapura dan Malaysia.
Sumber Kontan, edit koranbumn