PT Danareksa Sekuritas optimistis bisnis penjaminan emisi surat utang atau underwriting obligasi bakal ramai di paruh kedua tahun ini.
Direktur Investment Banking Capital Market Danareksa Sekuritas Boumedine Sihombing mengatakan pada semester I/2020, khususnya sekitar bulan Maret hingga April terjadi kenaikan yield yang signifikan di pasar obligasi. Oleh karena itu, banyak rencana penerbitan surat utang yang tertahan.
Namun, jelas Boumedine, jelang Mei kondisi pasar mulai membaik sehingga jumlah kesepakatan untuk penjaminan emisi surat utang juga bertambah dan besaran nilai obligasi yang disepakati juga meningkat secara signifikan.
“Walaupun demikian investor tetap memperhatikan rating dan kupon,” ungkapnya
Dia menyebut Danareksa Sekuritas telah mengantongi setidaknya 10 mandat penerbitan surat utang di paruh kedua tahun ini, dengan target efektif sebelum akhir Agustus 2020. Adapun mayoritas emiten masih menggunakan buku Desember 2019.
“Perusahaan penerbit obligasi menggunakan relaksasi yang diberikan OJK,” imbuhnya.
Dari jumlah tersebut, kata Boumedine, sebagian besar emiten berasal dari kalangan badan usaha milik negara (BUMN) di sektor keuangan. Adapun untuk nilai emisinya beragam, dengan size terbesar di kisaran Rp1 triliun hingga Rp4 triliun.
Sementara itu, minat perusahaan untuk melantai di bursa atau melakukan initial public offering (IPO) pada paruh kedua tahun ini dinilai masih tinggi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, sepanjang tahun berjalan hingga 30 Juni 2020, jumlah perusahaan tercatat baru saham di tahun 2020 adalah 28 perusahaan.
Jumlah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan jumlah perusahaan tercatat baru saham pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni 17 perusahaan.
Direktur Penilaian Perusahaan Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan seiring dengan kondisi pasar yang semakin kondusif, diharapkan antusiasme para perusahaan di Indonesia untuk dapat melantai di bursa akan semakin banyak.
“Pada tahun 2020 ini kami melihat minat perusahaan untuk IPO masih tinggi, khususnya untuk IPO saham,” kata Nyoman, Senin (6/7/2020).
Menurut dia, dengan adanya beberapa kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan dan self regulatory organization (SRO) terkait kondisi pandemi saat ini, dapat membantu dan mendukung perusahaan untuk tetap berencana IPO dan menjadi perusahaan tercatat pada 2020.
“Salah satu kebijakan BEI terbaru adalah kebijakan potongan 50 persen untuk ILF [initial listing fee/biaya pencatatan awal] saham,” imbuh Nyoman.
Sementara itu, sampai dengan tanggal 3 Juli 2020 masih terdapat 21 perusahaan yang berencana akan melakukan pencatatan saham di BEI, paling banyak berasal dari sektor perdaganga, jasa dan investasi yakni 8 perusahaan.
Adapun sisanya berasal dari sektor properti, real estat dan konstruksi bangunan sebanyak 4 perusahaan, sektor agrikultur sebanyak 3 perusahaan, dan sektor lain-lain meliputi sektor industri dasar dan kimia, barang konsumsi, ulititas dan transportasi serta finansial sebanyak 6 perusahaan.
Selain itu, dalam pipeline BI juga terdapat 33 penerbit yang akan menerbitkan 42 emisi obligasi atau sukuk, dengan beberapa penerbit mengemisi lebih dari satu obligasi atau sukuk.
Sumber Bisnis, edit koranbumn