Perekonomian global masih akan menghadapi ketidakpastian yang tinggi akibat perang Rusia dan Ukraina yang masih terus berlangsung yang mendorong kenaikan harga komoditas.
Ekonomi global yang dibayangi oleh tingginya inflasi dan pengetatan kebijakan moneter diperkirakan berpotensi mengalami resesi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan negara yang berpotensi besar mengalami resesi yaitu Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa.
“Apakah dunia tahun depan akan masuk resesi? AS dan Eropa jelas akan menghadapi potensi resesi yang sangat tinggi, karena inflasi mereka sangat tinggi, 40 tahun tertinggi sekarang ini,” katanya Sarasehan 100 Ekonom Indonesia: Normalisasi Kebijakan Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia, Rabu (7/9/2022).
Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan jika ekonomi negara maju akan mengalami resesi, maka permintaan terhadap minyak akan turun, sehingga diharapkan harga minyak dunia juga mengalami penurunan.
Untuk mengantisipasi situasi yang tidak pasti pada tahun depan, dia menyampaikan bahwa pemerintah masih akan memberikan subsidi energi yang besar, sekitar Rp340 triliun, dengan asumsi harga minyak dunia berada pada kisaran US$90 per barel.
Pada tahun depan juga, imbuh Sri Mulyani, pemerintah juga akan kembali menerapkan disiplin fiskal, dimana defisit APBN ditetapkan tidak melebihi level 3 persen dari PDB.
Gejolak global yang tinggi pada tahun depan, dengan naiknya suku bunga global dan likuiditas ketat, yang akan berimbas pada perekonomian dapat ditekan dengan mengurangi defisit APBN.
“Kalau defisit masih besar dan terlihat di pasar kita harus melakukan financing, apalagi financing sampai desperate, maka kita akan kena heat dengan cost of fund yang sangat tinggi, dari sisi rating, Indonesia akan dianggap vulnerable dari sisi source of financing,” jelasnya.
Sumber bisnis, edit koranbumn