“Saya pribadi justru mendukung Borobudur ini 70 persen diterapkan sebagai destinasi spiritual. Hal ini juga dalam rangka kita membangun keanekaragaman, kemajemukan agama di Indonesia,” tutur Muhadjir.
Dalam kunjungan ini, Menko PMK melihat kemegahan Candi Borobudur dari Bukit Dagi. Pegunungan Menoreh yang berselimut kabut menjadi latar yang menambah pesona lanskap Borobudur.
Sebelum meninjau Bukit Dagi Borobudur, Menko PMK melakukan pertemuan dengan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, Dirjen Bimas Buddha, Bhante Sri Pannavaro Mahathera, Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero) Edy Setijono, dan lainnya. Kedatangannya ini sekaligus untuk mendapatkan masukan yang utuh mengenai posisi Borobudur bagi umat Buddha di seluruh dunia.
“Saya ingin mendapatkan kepastian beliau (Bhante) mengenai posisi Borobudur bagi umat Buddha internasional seperti apa. Tadi beliau sudah menjelaskan memang bukan tempat suci yang tertulis di dalam kitab. Tapi, Borobudur ini salah satu tempat yang sangat dihormati oleh umat Buddha di dunia itu, iya,” tutur Muhadjir.
Bhante Sri Pannavaro Mahathera berharap, upacara keagamaan bisa dilaksanakan di Borobudur seperti Waisak, Asadha serta acara-acara lainnya. Hal ini agar umat Buddha di ASEAN bisa ikut melakukan ibadah di Candi Borobudur.
“Upacara keagamaan yang secara insidental dilaksanakan di Borobudur seperti Waisak dan Asadha bisa dilakukan di sini, agar umat Buddha di ASEAN bisa lebih mengerti sehingga mereka akan berkunjung dan melakukan ibadah di sini,” tuturnya.
Bhante Pannavaro menambahkan, Borobudur meski tidak ditulis dalam kitab suci merupakan tempat yang sangat dihormati, disucikan oleh umat Buddha karena unik tidak ada duanya di dunia.












