GeNose C19 telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Alat deteksi Covid-19 lewat embusan napas besutan tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) siap didistribusikan pada pertengahan Februari 2021.
“Kapasitas produksi per Februari 2021 nanti lebih dari 5.000 unit, sudah bisa dipakai dan didistribusikan ke seluruh Indonesia,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro dalam Konferensi Pers secara daring, Senin (28/12/2020).
Bambang menyampaikan kelebihan dari GeNose adalah non-invasif atau hanya membutuhkan sampel napas. Hasilnya juga keluar dengan waktu yang relatif cepat, hanya membutuhkan waktu 2,5 menit dan tidak lebih dari 5 menit. Selain itu, tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lainya, biaya tes terjangkau, tingkat kepercayaan tinggi, dan data telah terhubung ke cloud system untuk diakses online.
“Data hasil pemeriksaan dapat diakses online sehingga membantu proses tracing dan tracking. Artinya alat ini akurat, cepat, aman, terjangakau, teknologi lokal, yang masih import adalah komponen elektroniknya,” ungkapnya.
Menurutnya, saat ini GeNose C19 telah digunakan di sejumlah rumah sakit. Beberapa di antaranya adalah RS Bhayangkara Yogyakarta, RS Karyadi Semarang, RS Moewardi Solo, dan RS UNS. GeNose terbukti memiliki sensitifitas hingga 92 persen dan spesifitas mencapai 95%.
Sementara itu, salah satu anggota tim pengembang GeNose, Dian Kesumapramudya menuturkan saat ini telah terjual 100 unit GeNose. Dengan bantuan Kemenritek/BRIN akan diproduksi lagi sebanyak 100 unit. “Bantuan beberapa institusi dan filantropi akan produksi sekitar 2.000 akhir Januari dan 5.000 pertengahan Februari dan targetnya bisa 10.000,” sebut Dian.
Harapannya, dengan distribusi yang semakin meluas, maka GeNose dapat membantu penanganan Covid-19 yang saat ini masih terjadi. “Terutama membantu dalam upaya deteksi cepat Covid guna proses tracing dan tracking,” pungkasnya.
Sumber Kontan, edit koranbumn