Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan komitmen BUMN dalam membangun ekosistem investasi yang kuat, melalui potensi direct investment, pengelolaan dana pensiun, dan strategic development partnership.
Erick mengatakan Kementerian BUMN berkolaborasi dengan Kementerian Keuangan dalam melahirkan Indonesia Investment Authority (INA). Erick menyebut kehadiran INA menepis anggapan bahwa investasi selalu terkait dengan utang dalam jumlah besar.
“Selama ini banyak pihak ribut utang-utang yang dibangun untuk infrastruktur, ini jawabannya, sekarang kita sudah membangun infrastruktur dengan investasi,” ujar Erick dalam Economic Outlook 2022 bertajuk “Percepatan Pemulihan Ekonomi Indonesia” di Jakarta, Selasa (22/3/2022).
Melalui INA, ucap Erick, banyak negara seperti UEA, Amerika Serikat, hingga negara-negara Eropa menaruh kepercayaan untuk berinvestasi di Indonesia. Model pembangunan infrastruktur dengan investasi, lanjut Erick, merupakan bentuk nyata komitmen pemerintah dalam menyeimbangkan struktur ekonomi.
Selain pembentukan INA, Erick juga melakukan transformasi pengelolaan dana pensiun BUMN. Erick menyebut total estimasi asset under management (AUM) dana pensiun BUMN mencapai Rp 158 triliun dari total AUM di Indonesia yang sebesar Rp 1.023 triliun. Erick pun mengkonsolidasikan 108 dana pensiun BUMN yang sebelumnya terpisah-pisah.
“Dana pensiun ini penting menjadi kekuatan. Itulah kenapa kemarin kita membongkar yang adanya investasi-investasi yang tidak baik di Jiwasraya, Asabri, tidak lain karena investasi ini ada bisnis kepercayaan, kalau kepercayaan tidak dikembalikan ini yang bahaya,” lanjut Erick.
Erick menilai perlu adanya perbaikan dalam aturan terkait asuransi dan dana pensiun menyusul maraknya kasus penipuan yang terjadi saat ini.
Erick menyampaikan BUMN juga terus melakukan benchmark atau tolok ukur dengan BUMN dari negara lain. Selain itu, BUMN juga menggandeng Tony Blair Institute for Global Change (TBI) dalam meningkatkan transparasi, profesionalisme, dan transformasi model bisnis.
“Di G20 kita punya agenda benchmarking dengan BUMN lain di Swedia, Cina, hingga UEA supaya kita bisa lebih baik,” ucap Erick.
Erick menyampaikan tolok ukur menjadi penting dalam menjaga dan meningkatkan kinerja BUMN. Erick mengatakan langkah transformasi BUMN telah memperlihatkan hasil dengan pencapaian laba bersih BUMN secara konsolidasi pada 2021 mencapai Rp 90 triliun atau melonjak tajam dibanding 2020 yang sebesar Rp 13 triliun. Erick mengatakan BUMN juga berkontribusi terhadap pasar bursa Indonesia yang mana 10 BUMN memiliki total valuasi hingga Rp 1.907 triliun.
“Kita lihat sendiri bagaimana valuasi saham BUMN ini naik menjadi Rp 1.907 triliun,” lanjutnya.
Erick memerinci kontribusi ini disumbang oleh BRI dengan Rp 690 triliun, Telkom sebesar Rp 450 triliun, Mandiri dengan Rp 355 triliun, BNI sebesar Rp 153 triliun, BSI sebesar Rp 67 triliun, Antam sebesar Rp 57 triliun, SIG sebesar Rp 39 triliun, Bukit Asam sebesar Rp 37 triliun, PGN sebesar Rp 33 triliun, Jasa Marga sebesar Rp 26 triliun.
Erick mengatakan kontribusi BUMN memberikan dampak positif bagi pasar bursa Indonesia. Erick mencontohkan aksi rights issu BRI sebesar Rp 93 triliun menjadikan yang terbesar di Asia Tenggara, terbesar ketiga di Asia, dan ketujuh di dunia.
“Kita lihat ini juga sejalan mendorong ekonomi Indonesia yang mana bursa kita tumbuh sangat positif dan ini juga menjadi kekuatan dan magnet tersendiri,” kata Erick.
Sumber Republika, edit koranbumn