Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menugaskan holding Danareksa untuk menangani BUMN-BUMN yang selama ini tidak masuk dalam klaster yang telah dibentuk Kementerian BUMN. Erick menyampaikan Danareksa akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi BUMN-BUMN di luar klaster.
“Danareksa fokus tiga hal, pertama, menutup atau memperbaiki BUMN tidak sehat yang berada di luar klaster,” ujar Erick saat dalam program CNN bertajuk “Upaya Erick Thohir Wujudkan BUMN Sehat” di Jakarta, Jumat (29/7/2022).
Selain itu, Erick juga meminta Danareksa sebagai induk holding dapat meningkatkan potensi BUMN anggotanya seperti PT Perusahaan Pengelola Aset, PT Kawasan Industri Medan, PT Kawasan Industri Wijayakusuma, PT Kawasan Industri Makassar, PT Kawasan Berikat Nusantara, PT Surabaya Industrial Estate Rungkut, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung, PT Nindya Karya, PT Balai Pustaka, hingga PT Kliring Berjangka Indonesia. Erick menambahkan holding Danareksa juga berperan penting dalam mengonsolidasikan BUMN-BUMN di luar klaster.
Erick menilai BUMN yang tidak berada dalam klaster memiliki potensi, termasuk misalnya BUMN yang memiliki saham minoritas pada sejumlah perusahaan besar seperti Indosat hingga perusahaan minyak kelapa sawit milik asing.
“Nah ini lebih baik dikumpulkan di sini. Hasilnya sudah ada, ketika (BUMN-BUMN di luar klaster) dikonsolidasikan, total aset kini menjadi Rp 49,1 triliun,” ucap Erick.
Nantinya, lanjut Erick, BUMN yang tidak bisa lagi diselamatkan akan ditutup. Erick menyebut perampingan tak hanya dilakukan pada BUMN, melainkan juga sampai ke anak dan cucu usaha BUMN.
“Sekarang kita sudah menutup 173 anak-cucu BUMN. Yang jelas-jelas kebanyakan holding (induk usaha) sehat, tapi digerogoti anak-cucu yang tidak sehat karena hanya penempatan orang,” ungkap Erick.
Sebelumnya, Erick telah meresmikan holding Danareksa di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, pada Rabu (20/7). Erick ingin holding Danareksa mengoptimalkan potensi kawasan industri.
Erick menyebut banyak kawasan industri BUMN tidak maksimal lantaran tidak ada standardisasi dan re-investasi yang mana ketika ekonomi dunia sudah mulai hijau, Indonesia masih menggunakan listrik fosil atau pembuangan limbah yang tidak terorganisasi. Kondisi ini justru berdampak buruk bagi masyarakat sekitar.
“Standar-standar ini yang kita lakukan karena itu pemerintah daerah kami undang hari ini supaya meyakinkan bahwa kinerja kita baik dan minta dukungan dari pemerintah daerah untuk lebih baik,” sambung Erick.
Erick mengatakan optimalisasi kawasan industri mempunyai dampak besar bagi pembukaan lapangan kerja, pendapatan negara dan daerah, serta memperbaiki ekosistem logistik di daerah.
“Jarak kawasan industri ke pelabuhan, bandara, rel bisa benar-benar direncanakan dengan baik dan mungkin juga ada kawasan industri yang sudah tidak layak di tengah kota mungkin akan bagus dijadikan pusat ekonomi baru misalnya agar saling menguntungkan,” lanjut Erick.
Sumber Republika, edit koranbumn