Upaya restrukturisasi terus dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara di tengah gejolak pandemi Covid-19 yang berimbas terhadap kinerja di hampir di seluruh sektor usaha.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjelaskan bahwa hampir seluruh perseroan pelat merah terkena imbas penyebaran Covid-19. Menurutnya, dampak minim hanya dirasakan oleh sektor telekomunikasi, industri kesehatan, dan kelapa sawit.
“Lain-lainnya terimpak oleh karena itu kami terus melakukan restrukturisasi. Program ini didukung langsung oleh Presiden dan Keppres-nya sudah keluar kemarin, nah ini bisa menjadi percepatan,” ujarnya dalam dalam sebuah forum diskusi daring, Rabu (20/5/2020).
Erick menyebut BUMN telah mengurangi belanja modal dan modal kerja yang tidak perlu. Sebagai contoh, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang telah memangkas Rp39 triliun.
Selain itu, lanjut dia, upaya restrukturisasi utang juga terus dilakukan. Salah satunya penerbitan obligasi global atau global bond yang dilakukan oleh PT PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) senilai US$2,5 miliar.
“Kami pakai untuk recycle bond sebelumnya karena bunganya lebih tinggi. Hal-hal ini kita lakukan terus selain memperpanjang [jatuh tempo] tetapi juga mencari bunga-bunga lebih murah dan ini kesempatan,” tuturnya.
Erick menyebut restrukturisasi utang sudah dilakukan hampir US$3,6 miliar. Aksi itu menurutnya memang tidak mudah karena tidak semua BUMN masuk dalam kategori yang baik.
“Oleh karena itu, kemarin terima kasih atas dukungan daripada Kementerian Keuangan dan bank. Banyak perusahaan BUMN utang-utangnya dibayar karena utang ini sudah 3 tahun-4 tahun terjadi,” imbuhnya.
Dia menambahkan BUMN juga harus tetap melakukan momentum yang diminta oleh Presiden secara langsung terkait reformasi, restrukturisasi, dan transformasi. Pihaknya menyebut perseroan pelat merah harus mampu membangun rantai pasok ketahanan pangan, kesehatan, serta energi.
Sumber Bisnis, edit koranbumn