Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pembentukan holding BUMN pariwisata bertujuan mendukung ekosistem pariwisata nasional. Erick menilai, pembentukan holding pariwisata juga menjadi salah satu upaya pemulihan ekonomi nasional pascapandemi.
“Kami sendiri melakukan pembentukan holding yang kemarin sudah dirataskan bersama bapak presiden dan para menteri hadir dan Alhamdulillah sudah disetujui,” ujar Erick saat rapat koordinasi nasional percepatan pengembangan lima destinasi pariwisata super prioritas di Jakarta, Jumat (27/11).
Erick menilai pembentukan holding pariwisata juga bagian dari upaya pemerintah memperbaiki iklim industri aviasi dan pariwisata sehingga diharapkan memberikan dampak optimal bagi perekonomian Indonesia.
Erick menambahkan, holding pariwisata juga bertujuan mengatasi persebaran lalu lintas domestik yang belum merata yang mana lalu lintas masih terpusat di wilayah tengah dan barat Indonesia. Dengan penataan oleh holding akan dibentuk beberapa internasional hub dengan pembagian fungsi sesuai letak geografis dan karakteristik wilayahnya.
“Holding akan melakukan penataan bandara dan rute penerbangan untuk meningkatkan konektivitas dan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dengan tujuan pemerataan distribusi pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kualitas pelayanan publik,” ungkap Erick.
Dalam slide yang Erick paparkan, pembentukan holding pariwisata dan pendukung akan selesai pada Desember 2020. Struktur holding pariwisata dan pendukung akan dipimpin PT Survei Udara Penas dengan anggota holding meliputi Garuda Indonesia, Angkasa Pura (AP) I dan II, AirNav, ITDC, Sarinah, Hotel Indonesia Grup, Indonesia Tourism Development Corporation ( ITDC), dan PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko (TWC).
Erick menambahkan, Kementerian BUMN juga terus melakukan perampingan BUMN dari 142 BUMN menjadi hanya 41 BUMN. Pun dengan jumlah klaster, dari 27 klaster menjadi 12 klaster yang berada di bawah dua wakil menteri BUMN.
“Ini semua berdasarkan value chain, jadi tidak berdasarkan karena bisnisnya saja tapi value chain seperti yang kita lihat di industri kesehatan di mana Bio Farma, Kimia Farma Indofarma, dan Rumah Sakit BUMN sudah menajdi satu klaster,” ucap Erick.
Erick menjelaskan 100 persen holding pariwisata dan pendukung dimiliki pemerintah. Dengan begitu, fleksibilitas restrukturisasi dan pengembangan model akan lebih mudah. Erick menjelaskan anggota holding pariwisata dan pendukung akan memiliki fokus masing-masing, seperti ITDC yang fokus pada manajemen destinasi, pengembangan detinasi wisata seperti Mandalika, termausk konten kreator.
“Kita harap ITDC jadi event bersama pemda supaya ada event berkelanjutan,” lanjut Erick.
Erick menyampaikan holding pariwisata dan pendukung juga tetap akan melibatkan sektor swasta. Erick mengambil contoh kerja sama Sarinah dengan perusahaan terkemuka di bidang travel retail, Dufry.
“Kita ingin membantu produk kita go internasional dengan 10 produk unggulan yang sudah ditandatangani, Sarinah juga mendukung pembangunan industri UMKM dan lokal,” kata Erick.
Sumber Republika, edit koranbumn