Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan pihaknya akan merombak fokus bisnis dari masing-masing bank pelat merah. Adapun, empat bank pelat merah yang dimaksud antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).
Salah satu yang disinggung oleh Erick adalah menekan penyaluran kredit BRI ke segmen korporasi. Dengan kata lain, fokus BRI saat ini diarahkan Kementerian BUMN untuk lebih fokus masuk ke segmen mikro, kecil dan menengah (UMKM).
“BRI kue korporasi kita tekan kecil. Tapi lebih ke UMKM. Jadi lebih ke ultra mikro dan UKM,” katanya dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR, Senin (30/11) lalu.
Nah, Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto sebelumnya memang mengatakan kalau pihaknya memang punya peta bisnis serupa. Menurutnya, saat ini total porsi kredit UMKM BRI sudah mencapai 80% dari total kredit.
Ke depan, porsi tersebut akan didorong hingga mencapai 85%. “Di sisi lain, BRI akan tetap menyalurkan kredit korporasi namun pertumbuhannya tidak akan setinggi kredit untuk UMKM,” katanya, Rabu (2/12).
Hingga akhir September 2020 outstanding kredit di BRI mencapai Rp 935,35 triliun. Dari total kredit tersebut, sebesar 80,65% memang masuk ke debitur UMKM. Porsi UMKM BRI ini naik apabila dibandingkan dengan posisi September 2019 yang sebesar 78,1%.
“Fokus BRI saat ini adalah menyukseskan program stimulus yang digulirkan oleh pemerintah,” imbuh Aestika.
Kembali ke pernyataan Menteri BUMN, selain BRI tentunya fokus Bank BTN juga akan diperkuat ke pembangunan perumahan. Fokus bisnis ini memang sudah dijajaki BTN sejak lama.
Yang terbaru misalnya, Direktur Consumer and Commercial Lending Bank BTN mengatakan pihaknya memang berniat untuk menjadi one stop service untuk ekosistem perumahan. Termasuk menyediakan pembiayaan perumahan, infrastruktur, dan industri turunannya.
Sebagai informasi, hingga kuartal III 2020 BTN mencatat realisasi kredit sebesar Rp 254,91 triliun. Dari angka tersebut, KPR masih mendominasi yakni senilai Rp 196,51 triliun atau naik 1,39% year on year (yoy).
Dari total penyaluran KPR, porsi KPR subsidi mencapai Rp 116,32 triliun atau lebih tinggi dibandingkan KPR non-subsidi yang sebesar Rp 80,18 triliun.
Adapun, untuk dua bank BUMN lainnya yakni Bank Mandiri dan Bank BNI menurut Erick memang bersaing mendapatkan nasabah dari korporasi. “Kami mau Bank Mandiri lebih ke korporasi, BNI ke korporasi global. Kami buka market itu,” tambahnya.
Erick berharap nantinya BNI bisa membantu mencari pendanaan murah dari luar negeri. Harapannya, dengan cara itu kelak BUMN bisa memiliki hubungan erat dengan diaspora di luar negeri.
Merespon hal tersebut Direktur Treasury and International Bank BNI Henry Panjaitan bilang arah pengembangan bisnis perseroan memang ke bisnis global. Tujuannya, antara lain agar Bank BNI menjadi sumber international funding dan mendukung investor asing untuk berinvestasi di dalam negeri, terutama perusahaan yang telah menjadi mitra Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN) BNI.
“BNI Strategic values ini merupakan penajaman dari Misi BNI dalam meningkatkan bisnis Internasional untuk melayani mitra bisnis global,” katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (2/12) malam.
Bank berlogo 46 ini menambahkan, strategi ini ini didasari oleh kekuatan yang dimiliki BNI yaitu banyaknya nasabah BNI yang telah beroperasi secara global atau aktif bertransaksi trade finance, dukungan bank-bank koresponden terkemuka di seluruh dunia serta pengalaman BNI yang telah membantu para investor asing, antara lain investor Jepang melalui keberadaan International Desk.
Namun, bila dilihat dalam presentasi perusahaan, segmen bisnis internasional BNI memang tumbuh cukup pesat. Misalnya, pendapatan dari bisnis internasional BNI telah naik signifikan 27,1% per September 2020 menjadi Rp 3,3 triliun.
Begitu pula untuk pendanaan yang tumbuh 5,5% yoy menajdi Rp 64,7 triliun. Alhasil, aset bisnis internasional BNI berhasil naik 7,91% yoy menjadi Rp 80,2 triliun.
BNI juga menjelaskan dalam presentasi tersebut kalau prioritas utama perseroan memang mendorong ekspansi bisnis internasional. Dari sisi kredit internasional, beberapa sektor yang didorong antara lain manufaktor, transportasi, pergudangan dan komunikasi, perdagangan, restoran dan hotel.
Adapun, rencana pemerintah untuk menata fokus dari bank pelat merah bukan pertama kalinya digaungkan Menteri BUMN. Hal serupa juga pernah dilontarkan Erick sejak Juli 2020, upaya ini dilakukan agar perusahaan tidak bersaing satu sama lain.
Sumber Kontan, edit koranbumn