Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, ‘nasib’ ekonomi Indonesia tahun depan sangat bergantung terhadap kinerja kuartal ketiga dan keempat. Apabila dua kuartal terakhir dapat masuk ke zona positif, proses pemulihan ekonomi pada 2021 akan lebih mudah dengan proyeksi pertumbuhan di atas empat persen.
Di tengah tekanan yang masih ada, Sri menyebutkan, ekonomi Indonesia dapat terhindar negatif pada kuartal ketiga. Skenario terbaiknya, ekonomi tumbuh 0,5 hingga satu persen, yang terus berakselerasi pada kuartal keempat.
Jika skenario ini berjalan, ekonomi Indonesia sepanjang 2020 masih dapat tumbuh positif satu persen. “Tahun depan, kemungkinan, skenario saat ini adalah (tumbuh) 4,5 sampai 5,3 persen,” ujarnya dalam talkshow secara virtual, Jumat (24/7) sore.
Saat ini, Sri menilai, ekonomi Indonesia mulai mengalami pemulihan. Hal ini terlihat dari beberapa indikator seperti konsumsi listrik yang mengalami pertumbuhan 5,4 persen pada Juni, setelah sempat kontraksi 10,7 persen. Pertumbuhan ini disebutkan Sri menjadi tanda-tanda positif yang menggambarkan geliat kegiatan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Sri mengatakan, kondisi ekonomi yang lebih nyata akan terlihat pada periode Agustus sampai Oktober. Saat itu, pemerintah dapat menilai, apalah pemulihan berjalan terus dan meningkat atau justru sebaliknya. Realisasi tersebut akan menjadi landasan untuk menyiapkan postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2021.
Sri memastikan, pemerintah tetap menyiapkan antisipasi untuk menghadapi skenario terburuk, meski terus berharap kondisi terbaik. “Persiapan akan jadi luar biasa lebih kencang,” tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.
Salah satu upaya yang dimaksud Sri adalah memperluas cakupan program perlindungan sosial. Misalnya, pemberian bantuan sosial yang semula hanya untuk enam bulan, kini diperpanjang menjadi sembilan bulan sampai Desember. Begitupun dengan diskon dan pembebasan tarif listrik.
Sampai saat ini, pemerintah sudah menganggarkan Rp 203,90 triliun untuk memberikan bantalan sosial kepada masyarakat. Khususnya, warga kelas bawah dan mereka yang terdampak pandemi Covid-19. “Semua sifatnya prepare the worst. Bantalan makin tebal dan nambah lagi,” ucap Sri.
Tidak hanya menambah, Sri juga membuka kemungkinan untuk melakukan redesain terhadap program stimulus yang sudah ada sekarang. Misalnya, beberapa jenis insentif pajak yang tidak banyak digunakan oleh Wajib Pajak (WP).
Sumber Republika, edit koranbumn