Pada semester pertama tahun ini perusahaan minyak dan gas milik negara, PT Pertamina (Persero), harus menelan kerugian 767,92 juta dolar AS. Meski begitu, Pertamina optimistis hingga akhir tahun kondisi akan kembali positif.
VP Coorporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan memburuknya kondisi keuangan pertamina di semester pertama ini tak lain karena Pertamina mengalami triple shock. Kondisi harga minyak yang anjlok dan juga pandemi Covid-19 membuat kondisi keuangan perusahaan memburuk di semester pertama tahun ini.
“Dari sisi demand atau penurunan penjualan yang signifikan, harga minyak mentah yang turun sehingga berdampak pada pendapatan di sektor hulu serta fluktuasi rupiah sehingga terjadi kerugian selisih kurs,” ujar Fajriyah
Meski begitu untuk bisa mencapai akhir tahun yang positif maka Pertamina perlu melakukan penghematan dan langkah strategis untuk bisa menghadapi tantangan global. Fajriyah menjelaskan perusahaan perlu melakukan perbaikan internal, penghematan sampai 30 persen, melakukan prioritas rencana investasi.
Selain itu, kami juga perlu melakukakan refinancing untuk mendapatkan biaya bunga yang lebih kompetitif serta meningkatkan TKDN sehingga biaya dari sisi Rupiah juga semakin banyak komposisinya dan bisa menekan biaya secara umum,” ujar Fajriyah.
Ia berharap di akhir tahun harga minyak perlahan akan mulai naik dan juga konsumsi BBM dan gas baik industri maupun retail akan kembali naik. Maka, sampai akhir tahun masih akan ada pergerakan positif dan laba akan kembali positif.
“Pertamina optimis sampai akhir tahun akan ada pergerakan positif sehingga ditargetkan laba juga akan positif,” ujar Fajriyah.
Ia juga meyakinkan bahwa perusahaan akan tetap melakukan penugasan dan pelayanan kepada masyarakat dengan maksimal. “Pertamina tetap konsisten menjaga operasional pelayanan untuk seluruh masyarakat Indonesia dan menjaga ketahanan energi sehingga tetap menggerakkan perekonomian nasional,” tambah Fajriyah.
Sumber Republika, edit koranbumn