Holding pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID menyebutkan bahwa keberadaan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah, Kalimantan Barat bakal memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menjelaskan bahwa proyek ini merupakan wujud nyata dari visi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait hilirisasi bauksit yang terintegrasi dari hulu sampai ke tahap industrialisasi aluminium.
MIND ID, kata dia, terus menjalankan tugas dan mandat pemerintah untuk bersinergi mengolah hasil sumber daya alam mineral untuk peradaban, kemakmuran, dan masa depan yang lebih cerah. Smelter alumina ini akan berimplikasi langsung pada penyerapan tenaga kerja hingga 1.000 orang.
“Dengan rampungnya SGAR Phase 1 di Kabupaten Mempawah ini, posisi Indonesia di rantai pasok global akan semakin solid sehingga mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi global ke depan,” katanya di Mempawah, Kalbar, Rabu (20/3/2024).
SGAR Phase 1 Mempawah merupakan bagian dari aksi korporasi Inalum dalam menciptakan ekosistem industri aluminium terintegrasi dari hulu (bijih bauksit) hingga hilir.
Pabrik pemurnian ini dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) yang sahamnya mayoritas dimiliki PT Inalum sebanyak 60% dan sisanya PT Antam Tbk dengan kepemilikan 40%.
Proyek tersebut menghubungkan rantai pasokan antara mineral bauksit di Kalimantan Barat dengan pabrik peleburan aluminium. Nilai investasi proyek strategis nasional (PSN) ini mencapai US$900,7 juta atau sekitar Rp13,5 triliun.
SGAR fase 1 ditargetkan berproduksi mulai kuartal III/2024 dan beroperasi dengan kapasitas penuh pada awal tahun 2025. Nantinya, smelter ini memproduksi sekitar 1 juta ton alumina per tahun dengan bahan baku 3,3 juta ton bijih bauksit per tahun.
MIND ID menyebutkan bahwa hilirisasi bauksit sudah mencapai tahap yang lebih advance, yaitu industrialisasi yang menghasilkan produk akhir.
Lewat hilirisasi ini, pemerintah mampu meningkatkan nilai tambah bauksit dari bijih dengan nilai US$30/ton menjadi alumina dengan nilai US$380/ton. Kemudian konversi alumina menjadi aluminum mampu meningkatkan nilai tambah menjadi US$2200/ton.
Sebagian besar produk alumina dari SGAR fase 1 akan dijadikan bahan baku utama untuk smelter aluminium Inalum yang berada di Kuala Tanjung, Sumatra Utara, dengan kapasitas 260.000 ton per tahun.
Alumina merupakan bahan utama pembuatan aluminium primer, seperti ingot, alloy, billet, bar, keramik, dan produk harian lainnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengapresiasi MIND ID Group yang proaktif merampungkan smelter alumina di Kalimantan Barat tersebut.
Menurutnya, langkah cepat ini dapat menjadi contoh bagi banyak pelaku pertambangan dalam menciptakan nilai tambah dari komoditas bahan mentah menjadi menjadi bahan setengah jadi maupun produk jadi.
“Ini yang sering saya sampaikan terkait hilirisasi. Setelah nikel, beberapa komoditas tambang juga terus berjalan, dan kemudian kita masuk ke bauksit. Karena bijih bauksit paling banyak ada di Kalimantan Barat,” kata Jokowi.
Presiden menyampaikan pembangunan PSN ini menjadi sangat krusial karena kebutuhan terhadap alumina sangat tinggi, dan saat ini kebutuhan tersebut masih banyak dijawab oleh produk impor.
“Separuh kebutuhan itu [alumina] kita masih impor. Kalau smelter SGAR ini jadi, akan dibawa ke Kuala Tanjung, lalu diolah menjadi alumunium, dan kita tidak impor lagi. Targetnya itu,” katanya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn