Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 di Mempawah, Kalimantan Barat, berhasil melaksanakan injeksi bauksit perdana, menandai awal terbentuknya ekosistem industri aluminium yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Keberhasilan Holding BUMN Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID) ini, akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Presiden Joko Widodo meresmikan injeksi bauksit perdana ke SGAR Fase 1 ini pada Selasa (24/9), didampingi oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, dan disambut oleh jajaran pemimpin Grup MIND ID, antara lain Komisaris Utama MIND ID Fuad Bawazier, Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Ilhamsyah Mahendra, Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Nico Kanter, serta Direktur Utama PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) Leonard M. Manurung.
Proyek ini telah memasuki tahap commissioning dengan target produksi alumina pertama pada November 2024 dan diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan domestik sekaligus mendukung hilirisasi industri.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan proses pengengerjaan dan penyelesaian proyek SGAR Fase 1 merupakan sebuah perjuangan bangsa. Meski sempat terkendala, Manajemen Grup MIND ID mampu tetap komitmen dalam pengerjaan proyek ini sehingga dapat kembali diakui sebagai proyek strategis nasional serta mampu diselesaikan sesuai jadwal.
“Ini adalah perjuangan yang tidak mudah. Saya tahu sempat terganggu tapi dengan semangat dan visi yang kuat hari ini bisa kita selesaikan. Ini merupakan jejak-jejak industrialisasi negara kita Indonesia,” katanya.
Presiden menyampaikan kebutuhan aluminium Indonesia mencapai 1,2 juta ton, yang 56% berasal dari produk impor. Melalui SGAR akan berpotensi menghentikan masuknya aluminium impor 56%, dan membantu pemerintah dalam menghemat devisa sekitar US$ 3,5 miliar setiap tahunnya.
“Saya senang ekosistem hulu hilir industri aluminium yang terintegrasi betul-betul telah selesai fase I. Bahan baku dari Tayan ditarik ke Mempawah untuk menjadi alumina, lalu dikirim melalui Kijing ke Kuala Tanjung dan diolah INALUM,” katanya.
Erick menyampaikan melalui SGAR pemerintah memastikan hilirisasi mineral terjadi di Indonesia sehingga dampak positif multiplier effect ekonominya lebih optimal.
Pemerintah juga berkomitmen untuk menekan impor sehingga devisa tidak keluar dan membuat stabilitas ekonomi masa depan semakin baik.
“Kami memahami bahwa hilirisasi bukan pilihan tapi kewajiban untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa agar rakyat sejahtera,” imbuhnya.
Hendi menerangkan pengoperasian SGAR Fase 1 merupakan pencapaian penting dalam sektor pertambangan mineral Indonesia. Grup MIND ID mampu melakukan integrasi sektor hulu hingga hilir, sehingga mampu memberikan peningkatan nilai tambah dan kontribusi optimal bagi ekonomi Indonesia.
Hendi menyampaikan setelah operasional penuh SGAR Fase 1, maka Grup MIND ID akan segera melanjutkan pembangunan SGAR Fase 2. Terlebih, Grup MIND ID saat ini memiliki izin lahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi alumina sekaligus pembangunan smelter pengolahan aluminium.
“Desain SGAR Fase 1 memiliki luas 100 hektar, dan kami masih memiliki 500 hektar untuk SGAR Fase 2. Dan itu nanti ada smelter aluminium sehingga daya saing semakin meningkat,” pungkasnya.
Hendi menyampaikan SGAR memiliki dampak positif yang berkelanjutan bagi ekonomi sekaligus sosial lingkungan di daerah operasional.
Momentum dari pembangunan infrastruktur pabrik dan operasional mampu menyerap tenaga kerja serta menggerakkan ekonomi sektor terkait.
Operasional pertambangan dan industri juga dijalankan dengan prinsip berkelanjutan sehingga dampak sosial dan lingkungan dapat dimitigasi dan dikurangi.
“SGAR ini adalah proyek kebanggan sebagai penggerak masa depan. Tentunya semua operasional akan dijaga sesuai dengan standar sustainable mining sehingga mampu memberikan dampak positif yang optimal dalam jangka panjang,” imbuhnya.