Melalui pengumuman di laman resminya, BNI mengimbau nasabah yang masih aktif menggunakan BNI Phone Banking untuk segera memindahkan transaksi perbankan ke wondr by BNI.
“Apabila Nasabah tidak melakukan peralihan layanan transaksi BNI Phone Banking setelah tanggal 15 Desember 2025, maka layanan BNI Phone Banking sudah tidak dapat digunakan dan tidak dapat diproses,” tulis manajemen dalam pengumuman tersebut, dikutip pada Jumat (12/12/2025).
Sejalan dengan hal itu, perseroan meminta nasabah untuk waspada terhadap penipuan mengatasnamakan BNI. Bank pelat merah itu menegaskan, perseroan tidak pernah meminta data pribadi seperti OTP, PIN, CVC, User ID, atau password Anda.
“Pastikan selalu waspada terhadap penipuan mengatasnamakan BNI,” imbau perseroan.
Hingga kuartal III/2025, BNI secara konsolidasi membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp15,12 triliun.
Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan, BBNI mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp51,16 triliun hingga September 2025, tumbuh 4,77% YoY dari periode yang sama tahun lalu Rp48,83 triliun dengan beban bunga tercatat Rp21,91 triliun. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih BBNI tercatat sebesar Rp29,25 triliun.
Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan menyampaikan strategi penguatan kualitas portofolio dan efisiensi pendanaan yang disiplin membuat BNI tetap tangguh menghadapi volatilitas, sekaligus menjaga keseimbangan pertumbuhan di seluruh segmen bisnis.
“Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan BNI untuk tetap adaptif dalam menghadapi tantangan, sambil terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Putrama dalam keterangannya, Jumat (24/10/2025).
BNI mencatat rasio permodalan cukup solid, dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,1%, termasuk Tier-1 Capital yang tetap kuat. Likuiditas juga berada pada level aman dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 86,9%, Liquidity Coverage Ratio (LCR) 167,4%, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) 142,1%.
Kualitas aset pun tetap terjaga. BNI melaporkan, Rasio kredit bermasalah (NPL gross) berada di kisaran 2,0%, sementara Loan at Risk (LAR) membaik ke level 10,4%.
Total penyaluran kredit BNI tumbuh 10,5% YoY menjadi Rp812,2 triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat merata di seluruh segmen bisnis, mencerminkan portofolio kredit yang semakin sehat dan berimbang.
“Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang di seluruh segmen, baik korporasi, menengah, maupun UMKM. Hal ini menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan kami dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong pertumbuhan sektor produktif,” ujar Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena.
Untuk menjaga kualitas aset dan profil risiko bank tetap sehat, perseroan terus memperkuat ketahanan keuangannya melalui pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang solid dan disiplin.
Tercatat hingga akhir kuartal III/2025, CKPN BNI tercatat sebesar Rp34,7 triliun, dengan rasio cakupan terhadap kredit bermasalah (NPL coverage ratio) mencapai 222,7%. Penguatan cadangan yang dilakukan secara selektif ini menegaskan komitmen BNI dalam mengantisipasi potensi risiko kredit serta menjaga ketahanan keuangan yang berkelanjutan.
Dari sisi penghimpunan dana, BNI mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 21,4% YoY menjadi Rp934,3 triliun, dengan CASA naik 13,3% YoY menjadi Rp613,4 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn
















