Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan nilai tabungan melalui program satu rekening satu pelajar (Kejar) sebesar Rp 26,3 triliun. Adapun realisasi ini setara 63 persen atau 42 juta dari total pelajar di Indonesia.
Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara mengatakan pihaknya berupaya mendorong inklusi keuangan bagi pelajar Indonesia. “Melalui Program Kejar, Satu Rekening Satu Pelajar, kami menargetkan pada tahun ini sebanyak 70 persen dari total pelajar Indonesia telah memiliki rekening tabungan dan menjadi 80 persen tahun depan,” ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip Rabu (29/9).
OJK pun menggandeng perbankan untuk meningkatkan inklusi keuangan para pelajar. Menurut Tirta, OJK meminta perbankan merekrut sekolah-sekolah menjadi agen layanan keuangan tanpa kantor.
“Jadi bank tidak perlu sering-sering datang ke sekolah. Kalau sekolah menjadi agen, bisa lebih mudah,” katanya.
Menurutnya sekolah bisa membantu pelajar yang biasanya diminta menabung dengan buku tabungan untuk membuka rekening pada perbankan. “Diharapkan target 70 persen dari total pelajar memiliki tabungan bank dapat dicapai. Program khusus bagi pelajar ini juga diharapkan dapat turut meningkatkan nilai inklusi keuangan di Indonesia hingga mencapai 90 persen pada 2024 mendatang,” ungkapnya.
Ke depan OJK bersama industri jasa keuangan berupaya mendorong akses keuangan kepada masyarakat yang diyakini bisa mendukung pemulihan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka itu OJK dan industri jasa keuangan kembali menggelar kegiatan tahunan bulan inklusi keuangan (BIK) secara terintegrasi, masif, dan berkelanjutan di wilayah Indonesia pada 1-31 Oktober 2021 dengan tema Inklusi Keuangan Untuk Semua, Bangkitkan Ekonomi Bangsa.
“Inklusi keuangan memiliki peranan penting dan strategis, sehingga diharapkan dapat menjadi solusi untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19,” ucapnya.
Menurut Tirta Bulan Inklusi Keuangan digelar sebagai salah satu upaya mendekatkan masyarakat dengan produk dan layanan keuangan. “Semakin terbukanya akses keuangan masyarakat, penggunaan produk dan layanan keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan akan meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Tirta.
Pelaksanaan Bulan Inklusi Keuangan ini, lanjut Tirta, diharapkan juga mendorong pembukaan rekening, pemberian kredit/pembiayaan, serta penggunaan produk atau layanan jasa keuangan, dan meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap budaya menabung dan mempublikasikan program literasi dan inklusi keuangan serta perlindungan konsumen.
Pada September 2021, OJK melakukan berbagai kegiatan sosialisasi untuk meningkatkan edukasi dan literasi keuangan masyarakat secara virtual kepada masyarakat dengan jumlah kegiatan sekitar seribu di berbagai daerah dengan jumlah materi sebanyak 295 konten.
Selain itu, sosialisasi inklusi keuangan juga terus dilakukan di berbagai daerah oleh 307 tim percepatan akses keuangan daerah (TPAKD) melalui sejumlah kegiatan seperti KUR klaster dan business matching bagi UMKM.
Sumber Republika, edit koranbumn