Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) untuk membawa anak-cucu usahanya menghimpun pendanaan melalui pasar modal.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Djustini Septiana sampai saat ini terdapat 26 badan usaha milik negara (BUMN) serta 23 anak dan cucu BUMN yang telah memanfaatkan pasar modal dalam hal pendanaan.
Dia menyebut OJK sangat mendorong agar semakin banyak perusahaan yang dapat memanfaatkan pasar modal, termasuk dengan perusahaan dalam kelompok usaha Telkom sebagai perusahaan pelat merah.
“Mungkin dapat didorong juga untuk mulai memanfaatkan pasar modal, bisa dimulai dengan mendorong anak perusahaan yang memang memiliki prospek usaha yang cukup baik sehingga bisa menarik minat investor,” ujar Djustini, ketika memberi sambutan dalam Seremoni 25 Tahun IPO Telkom yang ditayangkan daring, Kamis (19/11/2020).
Dia menilai selama 25 tahun TLKM melantai di Bursa, induk usaha PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) tersebut cukup banyak berperan dalam pengembangan pasar modal Indonesia, baik dari aktivitas korporasi maupun perdagangan saham di BEI.
Tercatat, dengan seluruh aktivitas tersebut, dari sisi ekuitas sampai saat ini kepemilikan masyarakat atas saham TLKM mencapai 44 persen. Begitu pula dengan kapitalisasi pasar TLKM yang mencapai 4,4 persen dari total market cap bursa.
“Maka sangat terlihat Telkom cukup berperan di pasar modal kita,” imbuhnya.
Djustini mengharapkan dengan semakin banyak BUMN serta anak dan cucu BUMN yang masuk ke pasar modal dapat menjadi role model bagi perusahaan lainnya, terutama dalam menerapkan good corporate governance dan dalam kepatuhan terhadap perundang-undangan.
Seperti diketahui, belum lama ini Telkom mengonfirmasi rencananya untuk membawa salah satu anak usaha perseroan di bidang operator menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi Indonesia alias Mitratel, untuk melakukan initial public offering (IPO).
VP Investor Relation Telkom Andi Setiawan mengatakan IPO Mitratel dapat merealisasikan potensi kenaikan valuasi dalam bisnis menara Telkom yang dinilainya masih berada di bawah nilai pasar (undervalued) dibandingkan dengan industri.
Selain itu, dengan membawa Mitratel melantai di bursa juga dapat memperkuat posisi perseroan di pasar sekaligus mempersiapkan peluang pengembangan 5G dan mendapatkan efisiensi melalui skala ekonomi.
“Ini akan memperkuat posisi Telkom Group untuk memberikan layanan konektivitas terbaik di Indonesia,” ujarnya dalam paparan via daring, akhir September 2020 lalu.
Apalagi, kata Andi, Indonesia merupakan salah satu industri menara paling menarik dengan potensi valuasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasar yang sudah mapan seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Dia menyebut peluang pertumbuhan Mitratel sebagai lini bisnis menara Telkom sangat terbuka karena Indonesia merupakan pasar yang berkembang dan memiliki peluang besar, didorong oleh transisi ke 4G dan 5G serta lonjakan data.
Mitratel juga dinilai memiliki potensi untuk menawarkan layanan baru dan terintegrasi terkait dengan penggunaan dan optimalisasi aset, mengingat perseroan memiliki end to end kapasitas infrastruktur tower.
Tak hanya itu, Mitratel diklaim memiliki basis pelanggan yang kuat dengan peringkat kredit yang tinggi serta proyeksi pendapatan masa depan yang bisa diprediksi. Plus, punya prospek pertumbuhan inorganik yang kuat.
Sumber Bisnis, edit koranbumn