PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)/BUMN Holding Pangan ID FOOD mengoptimalkan aset dengan mengundang investor – investor yang berpotensi menjalin kerja sama bisnis aset di ajang property Investor Gathering.
Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD, Frans Marganda Tambunan mengatakan pasca PT RNI menjadi holding pangan ID FOOD dengan 16 anak perusahaan, manajemen menginventarisasi aset – aset yang dimiliki ID FOOD Group sekitar kurang lebih 2.089 aset yang dapat dioptimalkan penggunaannya. Pihaknya pun mengklasifikasikan dan melakukan pemetaan aset non core business yang potensi dikembangkan dan dioptimalkan.
“Dari 2.089 aset, saat ini kami menawarkan potensi kerja sama 133 aset non core business yang telah kami grouping potensi pengembangannya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,” ucapnya pada kegiatan Property Investor Gathering. “Kami pun melihat bagaimana potensi optimalisasi aset tidak hanya dari sudut pandang kami, tapi juga dari calon investor untuk bisa bersama – sama mengembangkan aset yang dimiliki ID FOOD Group,”ucapnya lagi.
Pada acara tersebut, turut dipaparkan Market Overview dan Property Outlook yang disampaikan langsung oleh Direktur Investasi PT Danareksa (Persero), Chris Soemijantoro yang turut hadir sebagai salah satu narasumber.
“Gaya hidup masyarakat global, termasuk Indonesia telah berubah pasca pandemi dan perubahan tren yang cenderung lebih ke high mobility berdampak pada properti seperti retail dan gedung perkantoran mengalami penurunan. Sementara itu, properti komersial seperti logistic warehouse dan cold storage diproyeksi akan mengalami peningkatan siginifikan yang salah satunya terlihat dari banyaknya major player di bidang properti di Indonesia yang mulai masuk ke pasar logistik,” terang Chris.
Sementara itu, SEVP Manajemen Aset Holding Pangan ID FOOD Yossi Istanto menambahkan mekanisme dalam optimalisasi aset ID FOOD Group diantaranya pertama melalui penyewaan aset dengan lokasi strategis, kedua optimalisasi aset dengan konsep polanya custom mengikuti keinginan dan kebutuhan bisnis calon investor, diantaranya pola Kerja Sama Operasi (KSO), Kerja Sama Usaha (KSU), Built Operate Transfer (BOT), Built Transfer Operate (BTO) dan Lease atau sewa aset.
“Terdapat beberapa ketertarikan untuk dikerjasamakan dari calon investor baik dari sektor bisnis properti hingga sektor pariwisata maupun relasi dari private sector, melalui letter of interest yang ditandatangani calon investor,” urai Yossi.
Kegiatan property investor gathering dihadiri oleh beberapa relasi perseroan, diantaranya dari BUMN Danareksa, Bank Mandiri, Sarinah maupun dari BUMN sektor lainnya beserta perusahaan swasta yang berpengalaman di bisnis properti seperti Agung Podomoro group, Ciputra group, Maspion group dan lainnya.