PT PAL Indonesia memproyeksikan kinerja pendapatan usaha pada tahun depan bisa mencapai Rp4 triliun sejalan dengan sejumlah rencana bisnis dan potensi pasar baik domestik dan internasional.
SEVP Transformation Management PAL Indonesia, Satriyo Bintoro mengatakan kinerja pendapatan usaha perseroan dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Pada 2022 mencatatkan kinerja pemdapatan sebesar Rp2,54 triliun atau tumbuh 38,53% (yoy).
“Lalu pada tahun ini, kami menargetkan bisa mencapai pendapatan usaha sebesar Rp3 triliun lebih. Sampai saat ini sudah terealisasi sekitar Rp2 triliunan. Memang kadang-kadang progres itu di akhir tahun karena menunggu delivery kapalnya,” jelasnya dalam FGD Transformasi Industri Maritim 4.0 di Surabaya, Senin (13/11/2023).
Dia menjelaskan, pada tahun ini PAL sedang menggarap sebanyak 6 orderan kapal di antaranya 2 unit kapal Lending Platform Dock (LPD) pesanan Filipina, lalu 2 unit kapal Fregat Merah Putih pesanan Indonesia, 1 unit kapal UAE Navy Platform, serta kapal listrik pesanan Indonesia Power.
“Kapasitas produksi kami saat ini baru 2 unit kapal per tahun untuk setiap fasilitas dock. Diharapkan PAL bisa meningkatkan kapasitas menjadi 4 kapal pertahun Jika ada tranformasi industri maritim 4.0, lalu kami juga ingin kembangkan kapasitas di luar Surabaya sehingga ada peningkatan,” ujarnya.
Dia menyebutkan, sejak awal PAL Indonesia memang didesain untuk menjadi produsen kapal perang atau untuk angkatan. Kemudian sejak 2022, PAL Indonesia menjadi bagian dari Defeend ID atau holding industri pertahanan Indonesia.
“Saat ini kami sedang menerapkan tranformasi industri maritim 4.0 yang pengembangannya, manajemen, design enginering, supply chain itu menjadi terintegrasi menggunakan sistem digitalisasi. Kita perlu belajar dari sejarah industri maritim di dunia, seperti Jepang yang mampu menguasai industri pertahanan di era tahun 90-an, lalu Korea Selatan pada 2015-an,” jelasnya.
Satriyo menambahkan, industri pertahanan maritim ini merupakan industri dengan investasi tinggi sehingga berdampak pada multiplier effect bagi industri lain. Untuk itu industri ini diharapkan bisa berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia hingga 2045.
“Sumbangsih sektor industri maritim terhadap perekonomian Indonesia pada 2015 masih sekitar 6,4%. Diharapkan meningkat menjadi 9% di 2030, dan menjadi 12,5% di 2045 saat memasuki Indonesia Emas 2045,” imbuhnya.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan Jatim memang tidak memiliki banyak sumber daya alam (SDA) yang bisa dijual seperti tambang, tetapi Jatim memiliki kekuatan pada human capital yang bisa mendongkrak kinerja ekonomi.
“Makanya PT PAL Indonesia ini kita dorong investasinya sehingga ketika di situ ada PT PAL, maka banyak galangan dan industri kecil-kecil lainnya ikut buka. Kami juga mendorong agar PAL meningkatkan TKDN nya dan membeli barang UMKM. Kita harus belanja at least 40% untuk produk dalam negeri,” ujarnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn