– PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat lonjakan penerbitan surat utang korporasi pelat merah sepanjang 2025 tertinggi dalam lima tahun. Pefindo mencatat, selama 11 bulan 2025 ini saja nilai emisi surat utang BUMN mencapai level tertinggi sejak 2020.
Presiden Direktur Pefindo Irmawati dalam paparannya mengungkapkan bahwa perusahaan BUMN menerbitkan surat utang senilai Rp65,7 triliun sepanjang 11 bulan 2025. Realisasi itu mencerminkan pertumbuhan 53,86% year-on-year (YoY) dibandingkan Rp42,7 triliun pada 2024 setahun penuh.
Realisasi penerbitan surat utang BUMN tahun berjalan ini mencerminkan 33,03% dari total penerbitan surat utang yang dicatat oleh Pefindo.
Adapun diperinci, penerbitan surat utang oleh perusahaan BUMN pada periode ini menjadi yang tertinggi selama lima tahun terakhir. Pada 2020, BUMN tercatat menerbitkan obligasi dan sukuk senilai Rp47 triliun, 2021 senilai Rp40,9 triliun, 2022 senilai Rp52,6 triliun, 2023 senilai Rp36,2 triliun, dan 2024 senilai Rp42,7 triliun.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menjadi salah satu BUMN yang menerbitkan obligasi berkelanjutan dengan nilai pokok mencapai Rp15 triliun pada Juli 2025 lalu.
Data tersebut menunjukkan, penerbitan surat utang oleh perusahaan pelat merah selama lima tahun terakhir cenderung fluktuatif. Berbeda dibandingkan perusahaan swasta yang hampir konsisten mencatat pertumbuhan penerbitan surat utang pada periode yang sama.
Pada 2020 misalnya, swasta hanya mencatat penerbitan surat utang senilai Rp42,1 triliun, 2021 senilai Rp64,2 triliun, 2022 senilai Rp99,9 triliun, 2023 senilai Rp89,5 triliun, dan 2024 senilai Rp100,9 triliun. Pada 11 bulan 2025, swasta membukukan penerbitan surat utang senilai Rp133,2 triliun. Dengan begitu, porsi penerbitan surat utang swasta masih mendominasi pasar surat utang korporasi Tanah Air.
“Memang sejak 2021 peningkatan aktivitas penggalangan dana dari non-BUMN itu meningkat karena sebelumnya itu mayoritas BUMN yang menerbitkan surat utang,” katanya dalam Media Forum Pefindo, Selasa (16/12/2025).
Sejalan dengan pertumbuhan penerbitan surat utang, perusahaan pelat merah juga mencatat nilai outstanding EBUS mencapai Rp230,4 triliun per November 2025. Naik dibandingkan Rp219,4 triliun dalam realisasi 2024.
Namun, nilai outstanding dari surat utang BUMN turun dari posisinya lima tahun belakangan. Pada 2020 misalnya, BUMN tercatat memiliki outstanding senilai Rp276,8 triliun, 2021 senilai Rp273,7 triliun, 2022 senilai Rp243,9 triliun, dan 2023 senilai Rp229,8 triliun.
Sebelumnya, Irmawati menjelaskan bahwa realisasi penerbitan surat utang korporasi sepanjang 2025 telah mencerminkan pertumbuhan 56,88% year-on-year (YoY) dibandingkan Rp126,73 triliun pada periode yang sama 2024.
Bahkan, realisasi penerbitan surat utang korporasi senilai Rp198,81 triliun ini belum termasuk obligasi Patriot Bond yang diracik Danantara dengan nilai emisi mencapai Rp50 triliun. Dengan begitu, Pefindo memprediksi total penerbitan surat utang korporasi Tanah Air hingga akhir 2025 dapat mencapai lebih dari Rp200 triliun.
Pefindo juga mencatat rasio penerbitan surat utang terhadap jatuh tempo sepanjang 2025 mencapai 137%, lebih tinggi ketimbang posisi 96% pada periode yang sama 2024. Artinya, penerbitan surat utang pada periode ini telah melebihi nilai jatuh tempo.
“Ini menunjukkan aktivitas yang sangat baik bagi penerbitan surat utang di Indonesia, khususnya di pasar corporate bonds Indonesia,” katanya.
Diperinci, penerbitan surat utang korporasi tertinggi tercatat pada Juli 2025, dengan nilai emisi mencapai Rp43,02 triliun. Sementara itu, nilai emisi terkecil dihimpun pada Mei 2025 yang hanya mencapai Rp4,34 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn















