PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo memulai langkah transformatif bekerja sama dengan konsorsium Indonesia Investment Authority atau INA untuk pengembangan dan pengoperasian Pelabuhan Belawan di Medan, Sumatra Utara.
Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa Pelabuhan Belawan harus meningkatkan kinerja dan kapasitasnya agar segera masuk ke dalam ekosistem logistik global.
Menurut Arya, dengan bergabung dalam ekosistem logistik global merupakan langkah strategis agar Pelabuhan Belawan dapat melayani pengangkutan barang secara langsung atau direct call ke negara tujuan.
Selama ini, sebanyak 95 persen ekspor dari Sumatra harus transit ke negara lain sebelum bisa diangkut ke negara tujuan.
Dia menjelaskan peti kemas pun dipindahkan ke kapal yang lebih besar, baru kemudian dibawa ke lebih dari 30 negara tujuan ekspor.
Menurutnya, keharusan transit ini membuat eksportir musti menanggung biaya sea freight yang mahal dan waktu tempuh lebih lama.
Selain itu negara juga harus menghabiskan lebih banyak devisa karena sebagian besar jasa pengapalan barang (sewa kapal, asuransi, biaya sandar, dan lain-lain) dibayar dalam mata uang asing.
Selain menggandeng mitra strategis, pembenahan infrastruktur dasar juga akan dilakukan, seperti penambahan peralatan bongkar muat seperti Quay Container Crane atau QCC (alat bongkar muat peti kemas di dermaga), dan Rubber Tyred Gantry Crane (RTG, alat bongkar muat peti kemas di CY).
Sejumlah langkah transformatif juga akan dilakukan, melalui optimalisasi infrastruktur, peningkatan kinerja operasional, dan penerapan integrasi sistem IT. Dengan demikian diharapkan, kinerja bongkar muat pelabuhan dapat meningkat, waktu sandar kapal atau port stay bisa berkurang, dan biaya logistik jadi semakin murah.
“Dengan berbagai jurus itu, volume dan kapasitas Pelabuhan Belawan akan meningkat. Secara bertahap, kapasitas pelabuhan peti kemas terbesar di Sumatra itu akan naik dari 700.000 TEUs menjadi 1,4 juta TEUs per tahun,” ujarnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn