Pembentukan Holding BUMN Geothermal dipastikan akan mulai berjalan pada November 2021. Nantinya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) akan menjadi pimpinan holding panas bumi dengan mengakuisisi aset dari PLN Gas dan Geothermal, PT Indonesia Power, dan PT Geo Dipa Energi.
Informasi yang diperoleh KONTAN, aset dari Indonesia Power berupa pembangkit listrik yang berada di PLTP Drajat, PLTP Kamojang, dan PLTP Lahedong. Nantinya, aset tersebut akan diserahkan kepada PGE sebagai pimpinan holding.
Dalam executive summary disebutkan bahwa pada poin 4 disebutkan akan difokuskan terlebih dahulu transaski pengalihan aset dari PLN kepada PGE berupa aset hilir geothermal (PLTP) yang berada di WKP milik PGE terdiri dari aset PLTP milik PLN dan milik PT Indonesia Power.
KONTAN mendapat dokumen resmi soal tahapan pengalihan aset tersebut. Dalam dokumen itu, Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini sudah sepakat untuk menjadikan PGE sebagai Holding BUMN Geothermal dan akan mendukung IPO PGE.
Dalam dokumen tersebut juga disebutkan bahwa saat ini kapasitas PLTP milik PGE mencapai 672 Megawatt (MW), Geo Dipa sebesar 120 MW, dan PLN sebesar 13 MW. Nantinya total setelah konsolidasi tersebut akan mencapai 805 MW.
Kemudian, ketiganya akan menyiapkan proyek 20-30 proyek PLTP baru dengan belanja modal yang akan dikucurkan untuk PGE mencapai Rp 48 triliun, Geo Dipa sebanyak Rp 25 triliun, dan PLN Group Rp 28 triliun. Setelah proyek tersebut jalan, maka kapasitas Holding BUMN Geothermal pada 2030 akan mencapai 2.331 MW.
Sumber Kontan, Edit koranbumn