Teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA), menjadi pilihan utama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam membangun hunian bagi korban bencana alam di tanah air. Termasuk, untuk hunian tetap (huntap) bagi korban banjir dan longsor yang terjadi April 2021 lalu di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT).
RISHA, teknologi konstruksi knock down yang dapat dibangun dengan waktu cepat dengan menggunakan bahan beton bertulang pada struktur utama.”Kita membangun huntap ini dengan pendekatan build back better and safer, tidak sekadar membangun kembali, tetapi membangun lebih baik dan lebih aman dari sebelumnya,” jelas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Kamis (19/8/2021).
Teknologi RISHA dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman (Balitbang Puslitbangkim) Kementerian PUPR di Bandung. Teknologi ini sangat mudah untuk diaplikasikan. Selain itu, teknologi ini juga dapat digunakan untuk pembangunan perumahan di daerah terpencil yang sulit untuk menemukan bahan material bangunan.
Berdasarkan data Kementerian PUPR, dengan teknologi RISHA, sebuah hunian dapat dibangun secara bertahap dan waktu yang diperlukan untuk proses pembangunan setiap modul berukuran 3×3 meter adalah 24 jam dengan tiga orang pekerja. Setiap modul memiliki tiga jenis komponen panel struktur yakni Panel P1;P2 dan Panel SImpul yang memiliki sifat fleksibel dan efisien dalam konsumsi bahan bangunan.
Beberapa keunggulan RISHA antara lain lebih cepat, lebih murah, lebih ramah lingkungan, lebih tahan gempa, moveable (knock down), lebih ringan dan dapat dimodifikasi untuk bagunan sekolah, puskesmas, rumah sakit, kantor dan lain-lain.
Hunian dengan teknologi RISHA ini sudah tersebar di seluruh pelosok tanah air. Antara lain di daerah perbatasan dan wilayah rawan bencana seperti di, Palu, Aceh dan Sinabung.
Progres Huntap di NTT
Merujuk arahan Presiden Joko Widodo, demikian keterangan tertulis yang diterima redaksi InfoPublik, Kamis (19/8/2021), Menteri Basuki menyampaikan, pihaknya diminta mempercepat pembangunan huntap bagi korban bencana Siklon Tropis Seroja di NTT. Percepatan pembangunan huntap di Kabupaten Lembata dan Kabupaten Flores Timur, masing-masing Kabupaten Lembata sebanyak 700 unit dan di Adonara, Kabupaten Flores Timur sebanyak 300 unit.
”Progres konstruksinya saat ini telah mencapai 27,6% di Kabupaten Lembata dan 20,5% di Kabupaten Flores Timur, dan PUPR terus berupaya untuk menyelesaikan pembangunan huntap ini agar masyarakat bisa segera menikmatinya,” terang Menteri Basuki.
Ketua Satgas Penanganan Bencana Kementerian PUPR di NTT dan NTB Widiarto mengatakan, Huntap yang dibangun memiliki tipe 36 dengan luas tanah 108 M2 dan dilengkapi prasarana dasar permukiman antara lain jaringan air bersih, jaringan sanitasi, jalan lingkungan, saluran drainase, dan fasilitas umum lainnya, Panel RISHA menggunakan stok yang berasal dari Makasar, Lombok, Surabaya, dan Bandung. Ditargetkan pembangunan rumah dan seluruh prasarana pendukungnya ini dapat diselesaikan dalam tahun ini.
Di samping 2 lokasi tersebut diatas, sesuai usulan dari para Kepala Daerah setempat kepada Menteri PUPR, juga dilaksanakan program relokasi permukiman di Kota Kupang, Kab. Kupang, Kab. Alor, dan Kab. Sumba Timur, sehingga Total di NTT ada 1.922 Unit yang sudah diverifikasi dan akan dibangun.
Saat ini sedang dilakukan proses land clearing di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Sumba Timur. Sementara Kabupaten Rote Ndao tidak dapat ditindaklanjuti karena masyarakat yang berprofesi nelayan tidak ingin direlokasi.
Pelaksanaan Konstruksi dilakukan BUMN Karya PT. Adhi Karya, PT. Waskita Karya, PT. Nindya Karya, PT. PP, PT. Brantas Abipraya dan konsultan PT. Virama Karya dan Yodya Karya.
Akhirnya untuk penghunian huntap tersebut akan diatur oleh Pemerintah Daerah setempat.
Sumber Brantas abipraya , edit koranbumn