— PT PLN (Persero) mencatat penambahan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) sepanjang semester I/2021 telah mencapai 217 megawatt (MW).
Realisasi tersebut telah mencapai 45,7 persen dari target penambahan EBT yang dicanangkan tahun ini.
“Target tahun ini 475 MW. Alhamdulillah, per Juni sudah mencapai tambahan 217 MW,” ujar Executive Vice President Divisi Energi Baru dan Terbarukan PLN Cita Dewi dalam sebuah webinar, Kamis (19/8/2021).
Cita menyampaikan bahwa secara keseluruhan kapasitas terpasang pembangkit EBT di Indonesia hingga saat ini mencapai 8 gigawatt (GW) dari total kapasitas pembangkit sebesar 63 GW. Dengan demikian porsi bauran EBT baru mencapai 12,7 persen, masih jauh dari target pemerintah yang ditetapkan sebesar 23 persen pada 2025.
Menurutnya, masih ada sejumlah tantangan dalam mengembangkan EBT, antara lain intermitensi pembangkit aneka EBT (PLTS dan PLTB) yang akan berpengaruh pada kestabilan sistem listrik PLN, keseimbangan permintaan dan pasokan, serta keterjangkauan tarif listrik EBT.
“Tarif juga menjadi salah satu concern. Kami senang sekali melihat perkembangan saat ini, khususnya untuk pembangkit intermiten, itu banyak sekali inovasinya sehingga dampaknya ke tarif makin bersaing dan cenderung turun ini,” kata Cita.
Selain itu, persoalan terkait optimalisasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN), serta kemudahan perizinan dan penyiapan lahan dalam isu kemudahan eksekusi proyek juga menjadi tantangan pengembangan EBT.
Adapun, rencana pengembangan EBT oleh PLN dalam 10 tahun ke depan akan terdiri atas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 9 GW, panas bumi 2,6 GW, aneka EBT yang di dalamnya termasuk PLTS, bioenergi, dan lainnya sebesar 5,9 GW, serta pembangkit baseload dan peaker sebesar 1,3 GW.
Sumber Bisnis, edit koranbumn