–
Masih dalam rangka Puncak Acara Peringatan Hari Air Sedunia ke XXIX yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Tulunggung dengan mengambil titik acara di Dam Cluwok.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Bupati Tulungagung, Kepala Sub Divisi Jasa ASA I/3, BBWS Brantas, UPT PSDA Provinsi Jatim, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kab. Tulungagung, Forkompimcam serta undangan lainnya.
Ada yang menarik dari pemilihan lokasi di Dam Cluwok ini. Ternyata ada riwayat sejarah, dimana dulunya saat pemerintahan Belanda terdapat tiga rawa di daerah Tulungagung yaitu Gesikan, Bening dan Rewang. Sebelum dibangunnya Terowong Neyama oleh Presiden Suharto, aliran air di wilayah Tulungagung secara alami mengalir ke arah utara menuju Sungai Brantas.
Adanya faktor topografi, menyebabkan sungai – sungai yang berada di Tulungagung dan Trenggalek bertemu di satu cekungan hingga membentuk rawa, itulah yang mendasari penamaan DAS di Tulungagung dikenal dengan DAS Ngrawa. Adanya cekungan ini mengakibatkan Tulungagung dan Trenggalek menjadi daerah langganan banjir setiap tahunnya.
Berbagai upaya dilakukan utk mengatasi hal tersebut, salah satunya pembangunan Pintu Air Gesikan Cluwok pada tahun 1941 untuk mengendalikan debit air yang masuk ke Tulungagung, selain sebagai bangunan suplesi irigasi. Setelah pembangunan Terowong Neyama, perlahan-lahan Wilayah Tulungagung yang dahulu berbentuk rawa mengering dan berubah menjadi lahan pertanian yang subur. Hal ini tentunya berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat di daerah tersebut.
Dam Cluwok dijadikan monumen historis pengingat bahwa Tulungagung pada zaman dahulu berupa rawa yang dilanda banjir, dan Dam Cluwok memegang kendali cukup vital dalam pengendalian banjir kala itu.
–
Sejarah adalah bagian penting bagi kita, dan Pengelolaan SDA adalah hal mutlak yang dibutuhkan untuk meningkatkan peradaban suatu wilayah. Sampai kapanpun dan dimanapun.














