PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berpotensi kehilangan pendapatan Rp 5,7 triliun dari rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Atap sebesar 3,6 GW hingga 2025 mendatang.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan, implementasi PLTS Atap yang mencapai 3,6 GW nantinya berdampak pada pengusahaan listrik oleh PLN.
“Dengan target 3,6 GW berpotensi mengurangi pendapatan PLN Rp 5,7 triliun. Angkanya ini bergantung masyarakat memanfaatkan Permen ini,” terang Dadan dalam Konferensi Pers Virtual, Jumat (27/8).
Seperti diketahui, Kementerian ESDM kini tengah merevisi Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 49 Tahun 2018 jo No. 13/2019 jo No.16/2019 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap oleh Konsumen PT PLN (Persero).
Kehadiran revisi Permen ESDM ini diharapkan dapat mendorong implementasi PLTS Atap ke depannya.
Dadan menambahkan, ada sejumlah dampak yang timbul dari pengembangan PLTS Atap secara bertahap yang ditargetkan pemerintah.
Sejumlah dampak tersebut antara lain penghematan konsumsi batubara sekitar 3 juta ton, penyerapan tenaga kerja hingga 121.500 orang, peningkatan investasi meliputi pembangunan fisik PLTS sebesar Rp 45 triliun hingga Rp 63,7 triliun dan untuk pengadaan kWh expor-impor sebesar Rp 2,04 triliun hingga Rp 4,08 triliun.
Selain sejumlah dampak tersebut, Kementerian ESDM memproyeksikan ada dampak pada penurunan subsidi dan kompensasi listrik. Dengan penambahan PLTS Atap hingga 3,6 GW maka akan terjadi penurunan BPP listrik sebesar Rp 12,61 kWh.
Besaran tersebut dinilai bakal berdampak pada penurunan subsidi sebesar Rp 900 miliar dan kompensasi sebesar Rp 2,7 triliun.
Pengembangan PLTS Atap dinilai juga bakal mendorong kebutuhan industri akan green product.
“Pergeseran dari industri, ada green product mendukung terciptanya industri yang lebih hijau sebagaimana disampaikan oleh Presiden bahwa salah satu stream utama dari pemulihan ekonomi adalah pengembangan ekonomi hijau,” ujar Dadan.
Selain itu, implementasi PLTS Atap secara masif diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 4,58 juta ton.
Sumber Kontan, edit koranbumn