Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan proses penggabungan aset dalam agenda pembentukan holding BUMN panas bumi masih berlangsung.
Direktur Panas Bumi Direktorat Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Harris Yahya mengatakan, pembentukan holding BUMN geothermal saat ini sedang dalam tahap pembicaraan perihal konsolidasi aset pembangkit PLN yang akan ditransfer ke PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Dalam catatan Harris, jumlah total kapasitas pembangkit PLN yang akan dikonsolidasikan kepada PGE itu berjumlah 565 megawatt (MW). “Proses masih berjalan,” ujarnya .
Sedikit informasi, mengintip catatan Kontan.co.id sebelumnya, penggabungan aset holding direncanakan dalam beberapa tahapan. Dokumen resmi tahapan pengalihan aset yang diperoleh Kontan.co.id menyebutkan bahwa pembentukan Holding BUMN Geothermal diawali dengan tahap kajian bersama.
Tahapan tersebut berikutnya dilanjutkan dengan transaksi aset hilir PLN kepada PGE yang dilanjut dengan Signing of Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) Pertamina/PLN-Pemerintah terkait saham Geo Dipa Energi yang dimiliki Kementerian Keuangan pada tahapan berikutnya.
Dalam acara bincang virtual 5 Oktober 2021 lalu, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan bahwa penggabungan aset pembangkit panas bumi Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PLN masih menunggu penerbitan peraturan pemerintah (PP). Sejauh ini, Kontan.co.id belum mendapat informasi terbaru soal kemajuan PP tersebut.
Dihubungi terpisah, Corporate Secretary PGE, Muhammad Baron mengatakan Proses Konsolidasi masih dalam tahap kajian agar dapat menghasilkan keputusan yang terbaik. Selain itu, ia juga memastikan bahwa rencana PGE untuk melantai di pasar modal masih berjalan.
Saat ini, pihaknya tengah mengkaji waktu yang tepat untuk merealisasikan niatan initial public offering (IPO) tersebut. “Yang direncanakan adalah IPO PGE,” ujarnya
Sumber Kontan, edit koranbumn