Perum Perhutani mengincar bisnis bioenergi sebagai penyuplai biomassa sebagai rencana jangka menengah perusahaan.
Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy Mulino Mauna mengatakan ini bukanlah proyek yang dikembangkan dalam waktu semalam.
“Rencana pengembangan ini didasari dari berhasilnya percontohan tanaman biomasa yang dilakukan [Perhutani] sejak tahun 2014,” katanya kepada Bisnis, pekan lalu.
Menurut Denaldy kebutuhan bioenergi sebagai sumber bahan baku listrik pada masa depan pasti akan terus meningkat, terutama untuk pasar negara-negara maju seperti Korea Selatan dan Jepang.
“Perusahaan sedang memfinalisasi master plan dalam mengembangkan tanaman biomasa sampai dengan 200.000 hektare dengan menggandeng investor antara lain dari Jepang dan Korea,” katanya.
Dengan tanaman biomassa seluas 200.000 hektare, Perum Perhutani dapat menghaslkan 3,2 juta metrik ton woodchips.
Volume woodchips tersebut bisa digunakan untuk memasok pembangkit setara 800 megawatt per tahun. Maka, pengembangan energi biomassa membuat negara pengekspor dapat menghemat penggunaan energi fosil (solar) senilai Rp2 triliun per tahun.
Denaldy mengatakan untuk jenis tanaman biomassa akan diproduksi sesuai kebutuhan negara pasar. Dia menjelaskan antara Korea Selatan dan Jepang memiliki karakteristik yang berbeda dalam memanfaatkan energi biomassa.
Dalam jangka panjang, Denaldy mengatakan perusahaan juga akan menggunakan bioenergi untuk mengelola World Class Ecopark yang masih dalam proses penyusunan studi kelayakan. Selain itu, Perhutani juga akan menjalankan proyek peremajaan lahan seluas 30.000 ha pada tahun ini.
“Jenis tanaman yang akan kami tanam berbeda-beda. Tidak sama dengan tegakan sebelumnya yang kami remajakan. Hal ini sekali lagi adalah tergantung permintaan dari pasar,” katanya.
Denaldy juga membeberkan kalau perusahaannya akan mulai menekuni bisnis agroforestry sebagai tambahan pemasukan dari perusahaan plat merah tersebut.
“Pendapatan bisnis agroforestry di Perhutani sampai dengan Agustus 2018 mencapai Rp27 milliar. Padahal pendapatan tahun lalu sampai dengan Desember hanya sebesar Rp9,8 milliar,” katanya.
Perhutani, katanya, juga berupaya meningkatkan kesejahteraan dengan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dalam program Perhutanan Sosial agroforestry.
Dalam program tersebut, berbagai pemangku kepentingan terlibat mulai dari pemberian bimbingan teknis, subsidi bahan baku, pinjaman modal kerja sampai dengan jaminan pembelian yang menguntungkan petani.
“Saat ini telah ditetapkan 66 lokasi Perhutanan Sosial dan lebih dari 200 lokasi masih dalam proses verifikasi oleh para pihak terkait,” katanya.
Sumber Bisnis.com