Kementerian BUMN susun strategi buat menyinergikan infrastruktur tiga entitas bank syariah anak bank pelat merah yang akan melakukan penggabungan usaha. Maklum, tiga entitas tersebut yaitu PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank BNI Syariah punya pasar yang mirip-mirip.
Apalagi Ketua Project Management Office (PMO) penggabungan bank syariah Himbara Hery Gunardi bilang ada sekitar 200 cabang milik tiga entitas tersebut yang memiliki lokasi yang berdekatan sehingga perlu direlokasi.
“Secara total ada 1.200 cabang yang dimiliki tiga bank ini, dimana ada sekitar 200 cabang yang overlapping. Kami akan relokasi ke wilayah dimana ada kehadiran tiga bank ini. Agar penetrasi pasar bank hasil merger dapat meningkat,” katanya .
Penetrasi pasar jadi salah satu tujuan utama bank syariah hasil merger ini. Sebab Hery bilang potensi industri syariah di tanah air sejatinya besar, namun belum tergarap dengan baik.
“Potensi industri syariah sangat besar, 80% penduduk Indonesia adalah muslim, belum lagi ada potensi Rp 4.800 triliun industri halal yang belum digarap optimal. Sementara selama ini baru sekitar 7%-8%, sementara di Malaysia misalnya sudah 20%, di Timur Tengah bahkan sudah sampai 50% penetrasinya,” sambung Hery.
Dalam kesempatan serupa Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo pun optimistis bank syariah hasil merger bakal punya kedudukan yang mumpuni di kancah global.
Pascamerger, aset bank ditaksir akan mencapai Rp 214,65 triliun dan akan langsung masuk dalam jajaran bank syariah terbesar di dunia. Pun pria yang akrab disapa Tiko ini bilang empat hingga lima tahun ke depan bank hasil merger akan dengan mudah masuk kelas bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4.
“Empat sampai lima tahun pascamerger, bisa jadi BUKU 4. Kemudian valuasi bisa dua kali book value di kisaran US$ 8-10 miliar,” ungkapnya.
Sumber Kontan, edit koranbumn