Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan, meski berbagai indikator menunjukkan ke arah pemulihan ekonomi pada kuartal II 2021, akan tetapi pada Kuartal III perlu mendapatkan perhatian karena beberapa indikator menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
“Berbagai indikator sampai kuartal II ini menunjukkan arah pemulihan, namun demikian, yang perlu mendapatkan perhatian kita semua adalah bagaimana capaian pada kuartal III 2021,” jelas Margo pada Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (30/8).
Margo menyebut, terdapat berbagai indikator yang mengalami keterlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III. Pertama adalah kinerja ekspor pada Juli 2021 sebesar US$ 17,70 miliar atau turun 4,53% secara bulanan (month-to-month) dari Juni 2021. Namun, dibandingkan dengan Juli 2020, nilai ekspor naik 29,32% secara tahunan (year-on-year).
Kedua, nilai impor pada Juli 2021 mencapai US$ 15,11 miliar atau turun 12,2% mtm dibandingkan dengan Juni 2021. Sementara itu, dibandingkan pada Juni 2020 impor naik sebesar 86,93% yoy.
Ketiga, terkait Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur pada Juli 2021 juga mengalami penurunan menjadi 40,1 atau turun drastis dari 53,5 pada Juni 2021.
“PMI kita juga di bawah 50 yang menunjukkan ekspektasi sektor industri sehingga mengalami perlambatan, Penurunan ketiga indikator tersebut dikarenakan adanya penerapan PPKM darurat pada awal Juli 2021 akibat lonjakan kasus Covid-19, kemudian dilanjutkan oleh PPKM level 4,” jelasnya.
Sementara itu, BPS mencatat potensi produksi padi pada kuartal III-2021 lebih rendah dibandingkan kuartal II-2021 maupun kuartal III-2020. Margo mengatakan produksi padi akan menjadi penting karena jika melihat dari share terhadap sektor pertanian kurang lebih tumbuh 13%.
Sehingga, produksi padi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, yang selama ini juga menjadi katup pengaman untuk ekonomi. Selama ini sektor pertanian juga menjadi kartu pengaman untuk ekonomi Indonesia.
Sumber Kontan, edit koranbumn