PT Pertamina (Persero) menderita kerugian sebesar US$ 767,91 juta pada periode semester I-2020. Manajemen perusahaan minyak dan gas (migas) plat merah itu beralasan, ada tiga faktor utama penyebab kerugian tersebut.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman membeberkan ketiga faktor tersebut. Pertama, terjadinya penurunan harga minyak mentah dunia. Kedua, penurunan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri hingga mencapai 30% saat masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Ketiga, pergerakan nilai tukar dollar yang berdampak pada rupiah sehingga terjadi kerugian selisih kurs di Pertamina. “Sepanjang semester I-2020 Pertamina menghadapi triple shocks,” kata Fajriyah
Merujuk laporan keuangan yang dipublikasikan pada situsnya, hingga 30 Juni 2020 Pertamina membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemiliki entitas induk senilai US$ 767,91 juta. Padahal, pada paruh pertama tahun 2019 lalu, Pertamina masih meraih laba bersih sebesar US$ 659,95 juta.
Kerugian tersebut tak lepas dari anjloknya penjualan dan pendapatan usaha Pertamina sepanjang semester I-2020 lalu. Penjualan dalam negeri minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi dan produk minyak tercatat hanya US$ 16,56 miliar atau merosot 20,91% dibandingkan semester I-2019.
Secara keseluruhan, total penjualan dan pendapatan usaha lainnya sebesar US$ 20,48 miliar di akhir Juni 2020. Lebih rendah 19,81% dibandingkan capaian pada periode sama tahun lalu senilai US$ 25,54 miliar.
Di saat yang bersamaan, Pertamina juga menderita rugi selisih kurs sebesar US$ 211,83 juta. Padahal pada semester I tahu lalu, selisih kurs Pertamina masih positif US$ 64,59 juta.
Kendati begitu, Fajriyah mengatakan, Pertamina masih optimistis akan ada pergerakan positif hingga akhir tahun nanti. Sehingga, Pertamina masih yakin untuk membidik laba. Hal itu tak lepas dari perkembangan terkini, mengingat harga minyak dunia yang sudah naik perlahan serta konsumsi BBM industri maupun retail yang juga semakin meningkat.
“Pertamina optimistis sampai akhir tahun akan ada pergerakan positif sehingga ditargetkan laba juga akan positif,” sebutnya.
Dalam upaya memperbaiki kinerja, kata Fajriyah, pihaknya melakukan sejumlah inisiatif untuk perbaikan internal dengan tetap melakukan penghematan sampai 30%. Selain itu, Pertamina juga melakukan skala prioritas rencana investasi, renegosiasi kontrak eksisting serta refinancing untuk mendapatkan biaya bunga yang lebih kompetitif dan meningkatkan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).
Pertamina juga tetap menjalankan proyek strategis nasional antara lain dengan menuntaskan megaproyek kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Roof Refinery (GRR).
“Kendati perusahaan mengalami rugi bersih signifikan pada semester 1 2020 dibandingan dengan periode yang sama tahun lalu, Pertamina tetap memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat agar pergerakan ekonomi nasional tetap terjaga,” imbuh Fajriyah.
Sumber Kontan, edit koranbumn